Sebagai negara maritim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai kekayaan bahari tidak hanya dari isi lautnya namun juga karena jalur perairannya. Negara Bhinneka Tunggal Ika tersebut berfungsi sebagai salah satu jalur lalu lintas perairan tersibuk di dunia yang menggerakkan roda ekonomi domestik dan internasional.
Sebuah pribahasa mengatakan bahwa sebuah negara dapat diukur kemakmurannya berdasarkan kemajuan pelabuhan negara tersebut. Dengan kekayaan bahari yang sangat besar, pelabuhan dan perairan Indonesia pun seharusnya sangatlah maju dan aman karena dua hal tersebut mutlak diperlukan sebagai pendorong roda ekonomi negara, mengingat 90% lalu lintas global perdagangan barang ditempuh melalui perairan.
Dari teknologi yang digunakan, sistem manajemen pelabuhan di Indonesia serta kapal-kapal yang berada di perairan Indonesia mulai menunjukkan kemajuan. Dengan dorongan International Maritime Organization (IMO), kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan ataupun berlayar di perairan Indonesia telah mulai mempergunakan teknologi modern yang diwajibkan oleh IMO yakni Automatic Identification System (AIS).
AIS merupakan sebuah sistem pendukung keselamatan bagi kapal yang berbasis pada sistem komunikasi digital otomatis pada rentang pita VHF (Very High Frequency) dan sistem Global Positioning System (GPS). Sistem pendukung keselamatan tersebut sangat luas dipergunakan, dari kapal swasta komersial, kapal milik negara (kapal patrol, kapal militer, dll), kapal penelitian, kapal penyelamatan dan kapal-kapal lainnya. Sistem yang sama juga dipergunakan tidak saja antar kapal, namun juga dari darat ke kapal di laut dan sebaliknya. Sistem tersebut memancarkan (dan juga menerima) data kapal, lokasi, arah dan kecepatan, serta data (sensor) lainnya yang secara keseluruhannya akan memberikan gambaran holistik dari lalu lintas kapal di sekitar penggunanya.
Dengan adanya informasi yang memadai tentang lalu lintas di perairan sebuah negara, otoritas yang berwenang pun dapat lebih mudah membantu kapal-kapal yang berlayar di daerahnya guna menghindari kecelakaan di laut. Dengan adanya AIS, komunikasi antar kapal serta kapal dan daratan dapat berjalan dengan lancar dan otomatis; Tabrakan antar kapal ataupun kapal menabrak karang dapat diminimalisasi, bahkan tugas penyelamatan di perairan menjadi dimudahkan
Fungsi lain dari pengembangan teknologi AIS juga dapat meningkatkan pengamanan perairan suatu negara karena dapat mendeteksi, mengidentifikasi, dan mengklasifikasi kapal-kapal yang diperkirakan dapat membawa ancaman bagi kedaulatan suatu negara. Sebagai contoh, seringnya terjadi pencurian (ikan) di perairan Indonesia oleh kapal-kapal asing. Kapal asing tersebut tergiur akan kekayaan bahari, sedangkan di sisi lain Indonesia masih dianggap lemah dalam pengamanan perairannya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal berbendera asing di perairan Indonesia pada tahun 2008 sebesar 119 kapal (Nurhayat, 2014). Namun, dengan penggunaan teknologi AIS, angka tersebut pun tiap tahun berikutnya terus menurun, sebagai contoh, kapal berbendera asing yang tertangkap melakukan illegal fishing di perairan Indonesia pada tahun 2012 adalah sebanyak 42 kapal, dan tahun 2013 makin menurun dengan jumlah kapal yang tertangkap sebanyak 24 kapal.
Semenjak keberhasilan AIS dalam membantu keselamatan kapal dan pengamanan perairan negara, pemakaian AIS pun terus berkembang dikalangan maritim, mulai dari para nelayan hingga badan hukum swasta dan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H