Seharusnya Allah Cukup Untukmu
Manusia adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Manusia memliki akal dan hawa nafsu yang membuatnya beda dari makhluk tuhan lainnya. "Sempurna" itu lah kata Allah untuk menggambarkan ciptaan-Nya yang satu ini
"Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya"
Kita adalah makhluk yang Allah ciptakan sebaik-baiknya, dan makluk sempurna dibanding makhluk lainnya, hanya manusia yang memiliki pikiran dan perasaan yang sempurna. Dengan akal yang Allah kasih, kita dapat bersosialisasi dengan baik, kita dapat berpikir dan merasakan rasa sedih, nyaman, dan lain sebagainya.
Tapi, gak sedikit dari kita yang belum bisa mengatur perasaan diri sendiri, yang belum bisa mengatur pola pikir sesuai dengan apa yang Allah mau.
Gak sedikit dari kita, yang menolak syari'at Allah dan berharap penuh kepada manusia karena kesalahan dalam mendidik pola pikirnya.
Sebenarnya, yang ingin aku sampaikan disini adalah bahwa Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang. Tapi banyak dari kita yang terlalu fokus dengan makhluk-Nya sampai lupa dengan penciptanya, kita lebih banyak menaruh harap kepada manusia, sampai membuat kita berlarut dalam kesenangan yang fana atau kesedihan yang tiada ujungnya. Padahal, seharusnya Allah cukup untuk kita. Cukup untuk kita menaruh harap, cukup untuk kita bergantung, cukup untuk kita jadikan tempat bercerita. Hal yang wajar, jika kita membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan, karena yang tadi sudah aku bilang bahwa manusia adalah makhluk sosial. Tapi, bisa tidak wajar jika kita terlalu fokus dengan hadirnya manusia sampai lupa bahwa ada Allah yang hadir sebagai Maha yang Mengasihi, Memberi, Menyayangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H