Kacang hijau merupakan tanaman pangan yang menempati urutan ketiga setelah kacang kedelai dan kacang tanah. Berbagai kandungan yang dimilikinya membuat kacang hijau digemari oleh masyarakat luas. Namun, banyaknya permintaan kacang hijau tidak selaras dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2018), produksi kacang hijau di Indonesia terus mengalami penurunan, dari 251,99 ton di tahun 2016 menjadi 241,33 ton di tahun 2017 dan 234,72 ton di tahun 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan produksi kacang hijau diantaranya yakni kesuburan tanah rendah, alih fungsi lahan, faktor iklim, dan praktik budidaya yang tidak sesuai (Nurhidayat dkk., 2020). Alih fungsi lahan yang terjadi mengakibatkan penurunan luas lahan produksi, sehingga petani menggunakan lahan marginal sebagai tempat untuk berbudidaya. Salah satu lahan marginal yang cukup luas di Indonesia adalah lahan berpasir.
Lahan berpasir memiliki kemampuan porositas tanah yang tinggi, kandungan hara sedikit, dan kapasitas tukar kation yang rendah (Aprilia dan Sukur, 2022). Akibatnya tanah berpasir memiliki kemampuan menahan air serta hara yang rendah, sehingga air dan unsur hara yang ada di tanah akan mudah larut. Tanaman kacang hijau yang kekurangan air dapat mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan dan pengurangan produktivitas secara keseluruhan, dikarenakan tanaman berada dalam kondisi tercekam (Suhartono dkk., 2020). Selain itu, kehilangan unsur hara makro seperti nitrogen (N) menyebabkan serapan hara menjadi kurang optimal sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman. Upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan ketersediaan N dan pertumbuhan tanaman kacang hijau diantaranya dengan pemberian pembenah tanah seperti asam humat dan silika.
Tanah berpasir merupakan tanah dengan tingkat porositas tanah yang tinggi. Tanah berpasir sering menyebabkan pencucian unsur hara pada tanaman sehingga tanaman tidak dapat tumbuh optimal karena unsur hara nitrogen didalamnya telah larut terbawa aliran air. Pengaplikasian asam humat dan silika pada tanah berpasir memiliki peranan dalam menanggulangi hilangnya unsur hara terutama nitrogen dalam tanah. Menurut Rahayu dkk. (2021), kombinasi asam humat dan silika berpotensi untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menjerat NH4+ dan NO3-. Hal tersebut dapat terjadi karena NH4+ dan NO3- yang dijerap oleh asam humat dan silika akan dilepaskan secara perlahan-lahan ke larutan tanah sehingga mampu mengurangi kehilangan hara pada tanah berpasir. Gugus karboksilat dan fenolik pada asam humat serta gugus silanol dan siloksan pada silika merupakan komponen yang dapat menahan nitrogen dan mengurangi kehilangan unsur hara akibat penguapan maupun pencucian. Selain kombinasi tersebut, asam humat dan silika memiliki peranan masing-masing apabila diaplikasikan pada tanah berpasir.
Asam humat merupakan sebuah senyawa organik yang relative resisten, berasal dari bahan organik, memiliki sifat koloidal, larut dalam basa dan mengendap. Senyawa ini dapat ditemukan di dalam bahan organik tanah, kompos dan batu bara muda dengan karakteristik dan jumlah yang beragam (Shaila dkk., 2019). Pengaplikasian asam humat pada tanaman kacang hijau dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung, pengaruh yang diterima oleh tanaman yaitu peningkatan energi sel tanaman dengan cara meningkatkan kemampuan pertukaran ion. Hal tersebut dapat terjadi karena fraksi humat mempunyai muatan negatif yang berasal dari disosiasi H dari berbagai gugus sehingga membuat KTK (Kapasitas Tukar Kation) meningkat. Selain itu, asam humat yang diaplikasikan pada tanaman dapat meningkatkan serapan unsur hara, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta memiliki kemampuan absorbsi air 80-90% (Bekti dkk., 2019). Oleh karena itu, penambahan asam humat ke dalam tanah berpasir dapat meningkatkan kemampuan tanah berpasir dalam menjerap nutrisi sehingga mengurangi kehilangan unsur hara akibat leaching.
Pemberian silika pada tanah berpasir juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Selaras dengan Kristanto (2018) silika merupakan unsur hara yang mampu meningkatkan ketersediaan hara, serapan hara, dan mengurangi kehilangan hara, serta meningkatkan kapasitas tukar kation. Unsur silika merupakan senyawa kimia yang banyak ditemukan di alam dengan bentuk kristalin. Silika juga dapat diperoleh dari abu sekam, abu jerami padi, abu tongkol jagung, abu tandan kosong kelapa sawit dan lainnya. Proses pembuatan silika dengan abu sekam padi memerlukan pembakaran dengan suhu terkontrol 500-600°C. Silika yang dihasilkan dari sekam padi memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan silika mineral yakni, silika sekam padi memiliki tekstur lebih halus, lebih reaktif, dapat diperoleh dengan mudah dan biaya yang cenderung lebih murah. Kandungan yang dimilikinya berkisar antara 90-99% berat kering. Apabila diaplikasikan pada tanaman kacang hijau dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi translokasi nutrisi dari akar menuju titik tumbuhan tanaman (Greger dkk., 2018).
Tanah berpasir memiliki kemampuan menahan air serta hara yang rendah, sehingga air dan unsur hara yang ada di tanah akan mudah larut. Hilangnya unsur hara mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pengaplikasian asam humat dan silika pada tanah. Kombinasi asam humat dan silika memberikan pengaruh terhadap ketersediaan nitrogen pada tanah berpasir. Selain pada tanah, pemberian asam humat dan pada tanaman kacang hijau dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
Korespondensi: sundahri.faperta@unej.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, R. L., dan Sukur, S. (2022). Kajian Sifat Fisik, Kimia, Dan Biologi Pada Tanah Berpasir Di Beberapa Wilayah Indonesia. Agronu: Jurnal Agroteknologi, 1(02), 71-79.
Bekti, B., Purnamasari, R. T., dan Pratiwi, S. H. (2019). Pengaruh dosis asam humat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah (Arachis Hypogea L.). Agrosaintifika, 2(1), 98-102.