Bagi mahasiswa tingkat akhir, pandemi covid-19 merupakan tantangan tersendiri dalam proses pengerjaan skripsi. Di tengah penerapan sistem PSBB, tugas akhir ini harus tetap berjalan walaupun kampus sedang dinonaktifkan. Dalam proses pengerjaan skripsi selama #dirumahaja, tentunya ada suka-duka yang berbeda dengan para pejuang skripsweet pada umumnya.
Sebenarnya, jika dilihat dari sisi positif, pengerjaan skripsi #dirumahaja bisa jauh lebih efektif. Karena, mahasiswa dapat mengerjakan skripsi tanpa terganggu aktivitas yang biasa dilakukan pada kondisi normal. Waktu pengerjaan skripsi juga jauh lebih fleksibel. Skripsi bisa dikerjakan di pagi, siang, bahkan malam hari, tergantung dari kenyamanan para mahasiswa.
Selain tidak terganggu oleh berbagai aktivitas, para mahasiswa juga tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk melakukan bimbingan. Jika pada umumnya mahasiswa harus pergi ke kampus untuk melakukan bimbingan, dalam kondisi saat ini, mahasiswa bisa bimbingan melalui jalur daring. Dengan mengontak dosen pembimbing secara online, mahasiswa dapat berkonsultasi seputar pengerjaan skripsi mereka.
Tantangan Mengerjakan Skripsi
Di samping keuntungan mengerjakan skripsi #dirumah aja, ada juga berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Pada masa pandemi ini, para mahasiswa tingkat akhir harus menyiapkan stok kuota agar dapat melakukan bimbingan. Syukur-syukur kalau kampus mau memberikan subsidi kuota. Teknis bimbinganpun beragam, bisa via email, voice call, sampai video call. Semuanya tergantung bagaimana arahan dari dosen pembimbing masing-masing.
Perlu diingat, tugas dosen bukan hanya sebagai pembimbing skripsi. Para dosen juga memiliki tanggung jawab mata kuliah yang tetap berjalan selama pandemi berlangsung. Maka, akan menjadi hal wajar apabila dosen memerlukan waktu untuk merevisi skripsi anak-anak tercintanya. Sehingga para mahasiswa harus sabar menunggu. Namun, panjangnya durasi waktu menunggu inilah yang terkadang menjadi kegalauan bagi para mahasiswa.
Kegalauan lain yang dirasakan oleh mahasiswa adalah soal refrensi. Jika pada situasi normal mahasiswa tingkat akhir bisa bertapa di perpustakaan kampus, hal ini tidak bisa dilakukan pada saat pandemi. Solusinya, para mahasiswa harus meluangkan waktu mereka untuk searching berbagai jurnal, maupun ebook yang disediakan perpustakaan online. Walaupun, tidak bisa dipungkiri bahwa mencari refrensi secara offline di perpustakaan jauh lebih mudah.
Hal yang membuat galau lainnya adalah soal penelitian, terutama mahasiswa yang harus melakukan penelitian di lapangan. Banyak mahasiswa yang mengalami kendala dalam proses ini karena liburnya lokasi penelitian. Bahkan, ada beberapa mahasiswa yang memutuskan untuk mengganti judul skripsi dan metode penelitian agar skripsi bisa terus dilanjutkan.
Banyak suka duka lain yang dialami oleh pejuang skripsi. Namun, para pejuang tidak boleh patah semangat. Karena, skripsi merupakan langkah untuk naik ke tahap berikutnya.