Lihat ke Halaman Asli

Nadia Helma

Mahasiswa

Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Pemantauan Daerah Tangkapan Air

Diperbarui: 25 April 2024   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Abstrak: Penggunaan teknologi penginderaan jauh memiliki peranan yang sangat penting dalam pengawasan serta pengaturan sumber daya alam, termasuk dalam mengelola daerah tangkapan air. Dalam riset ini, disajikan sebuah tinjauan mengenai bagaimana teknologi penginderaan jauh dimanfaatkan dalam mengamati daerah tangkapan air. 

Berbagai metode penginderaan jauh, seperti pemantauan melalui citra satelit dan penggunaan drone untuk pemetaan, memberikan kemampuan untuk mengumpulkan informasi spasial dengan tingkat resolusi yang tinggi serta meliputi area wilayah yang luas. Riset ini menyoroti beragam penerapan teknologi penginderaan jauh dalam pemantauan daerah tangkapan air, termasuk dalam hal pemantauan mutu air, pengukuran volume air, identifikasi pola aliran, pemantauan vegetasi di sekitar sungai, dan penentuan pola penggunaan lahan yang mengelilingi daerah tangkapan air. 

Pemanfaatan teknologi ini tidak hanya berguna dalam mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang ada, tetapi juga membantu dalam mengambil keputusan yang tepat dalam pengaturan sumber daya air. Walaupun begitu, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti kesulitan dalam menginterpretasi data yang kompleks, biaya yang tinggi, dan keterbatasan teknis, yang menjadi penghalang dalam pemanfaatan teknologi ini secara lebih luas. 

Karena itu, riset ini juga membahas kemajuan terbaru dalam pengembangan teknologi penginderaan jauh dan potensi integrasinya dengan sistem informasi geografis (SIG) untuk meningkatkan efektivitas dalam pengawasan serta pengaturan daerah tangkapan air di masa mendatang.

Kata Kunci: Penginderaan Jauh, Pemantauan Daerah Tangkapan Air, dan Sistem Informasi Geografis.

PENDAHULUAN

Saati ini, sebagian besar DAS dan danau di Indonesia telah mengalami degradasi karena pertumbuhan populasi, perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi lahan lain, polusi, dan erosi tanah. Konversi lahan tanpa memperhatikan prinsip kelestarian lingkungan dapat menyebabkan dampak negatif yang signifikan, baik selama tahap pembukaan maupun pengelolaan lahan. 

Pembukaan lahan hutan secara besar-besaran dengan alat berat dapat menyebabkan polusi suara yang mengganggu lingkungan sekitar, sementara penundaan penanaman pada lahan yang baru dibuka dapat memicu erosi tanah terutama pada wilayah berlereng. 

Tingginya tingkat erosi di DTA mengakibatkan keruhnya air di perairan, yang pada gilirannya dapat mengganggu ekosistem sungai, waduk, dan danau. Degradasi di danau dapat menyebabkan pendangkalan, peningkatan pertumbuhan eceng gondok, penurunan volume air, dan penurunan kualitas air, yang semuanya berdampak pada produktivitas perikanan, produksi listrik, dan pariwisata.

Teknologi penginderaan jauh melalui satelit saat ini berkembang pesat, menyediakan berbagai jenis data dengan karakteristik resolusi spasial, temporal, dan spektral yang beragam. Oleh karena itu, data satelit penginderaan jauh menjadi salah satu sumber informasi yang paling penting dan efisien untuk memantau perubahan di suatu wilayah dari waktu ke waktu, terutama terkait dengan pengelolaan DAS dan danau. Banyak penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri, telah menggunakan data satelit untuk pemantauan perubahan lahan di DAS, luas dan kualitas danau, aliran permukaan air, pemetaan lahan kritis, dan zona rawan banjir atau longsor, di antara banyak aplikasi lainnya. 

Namun, standarisasi dalam pengolahan data awal masih menjadi masalah, terutama terkait dengan proses orthorektifikasi dan koreksi radiometrik, yang dapat mengakibatkan ketidak konsistenan informasi yang diperoleh dari data penginderaan jauh. Untuk mengatasi hal ini, perhatian khusus telah diberikan pada standarisasi pengolahan citra, terutama dalam kerangka program INCAS, yang bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dengan cara mengurangi deforestasi dan meningkatkan reforestasi secara berkelanjutan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline