Di dalam kelas, Hayrin merebahkan kepalanya ke atas meja. Sesekali Hayrin memejamkan mata. Tubuhnya bergerak gelisah, kepalanya dipenuhi banyak tanya. Bagaimana reaksi orang tuanya nanti soal Gerald? Laki-laki yang baik dan sopan, sekaligus sahabatnya sedari kecil. Tapi satu yang membuat hati Hayrin gelisah. Mereka tidak seiman. Dan tidak ada yang tahu, bahwa cinta telah tumbuh di antara keduanya.
Hayrin memutar kepalanya ke samping, menatap sahabatnya Feli yang sedang sibuk memperbaiki rambutnya. Padahal sudah sangat rapi.
"Fel?" Panggil Hayrin
"Hmm."
"Lihat sini dulu dong, bentar aja," bujuk Hayrin menggoyangkan tangan sahabatnya.
"Ada apa sahabatku yang cantik?" Feli memutar kursinya menghadap Hayrin
"Aku itu takut."
"Hah? Gimana-gimana? Aku nggk paham." Feli cengengesan dengan muka yang langsung berubah serius.
"Enggak jadi, deh." Pasrah Hayrin sambil berdiri dari tempat duduk menuju kantin.
"Yahh, kok gitu? Nyebelin banget, sih!" sungut Feli mengikuti langkah Hayrin menuju kantin.
Tidak ada pembicaraan di sepanjang koridor. Hayrin yang sibuk dengan pikirannya. Dan Feli yang sibuk menata rambut.