Lihat ke Halaman Asli

Nadhofah

Nadhofah

Pelangi Kehidupan

Diperbarui: 21 Juni 2019   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Romadlon baru saja berlalu, sebulan penuh menahan lapar dan dahaga, menepis nafsu angkara murka, melembutkan rasa, meluaskan iba, pada sesama, pada si fakir simiskin papa, pada yatim piatu, mengusap manja, berbagi rezeqi, 

Sampai tiba saatnya hari fitri 1 syawal  1440H. 

Berkumandang takbir menggema dilangit seantero jagad, bergetar hati mengalun rindu ingin pulang ke kampung halaman, mengais cinta  dari ke2 emak dan bapak, ingin kupeluk manja bersama cinta  kasih sayangnya, ingin kudengar  sepatah dua patah petuahnya,

Tapi apa daya, mereka berdua telah berpulang ke haribaan Nya,

Meleleh airmata membasahi muka, mengharu biru mengenang cintanya, kasihnya, perjuangannya, penderitaannya, jasanya, dan semuanya, aku ingin membahagiakanmu wahai emak dan bapak, walau di alam yg berbeda.

Kuziyarohi makamnya, ku elus kuusap batu nisannya, kubacakan yasiin tahlil dan do'a, bersama gerimis air mata, semoga panjenengan berdua, bahagia di alam baka. Semoga bersemayam di sorga.

Kami masih melanjutkan mengukir pelangi kehidupan, hingga saatnya nanti kami pun menyusulmu ke alam penantian yang indah. Menuju Jannah, semoga

Kepanjen, 20062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline