Lihat ke Halaman Asli

Nadhif Nidhom

Mahasiswa Sosiologi yang belum bisa melakukan banyak hal.

Mengetahui Problematika Santri Setelah Boyong: Teori Sosiologi Pengetahuan

Diperbarui: 22 September 2022   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah yang saya rasakan ketika menjalani keseharian di masyarakat yakni susahnya berinteraksi dengan orang-orang yang ada di desa. Pada tahun 2015, adalah tahun dimana saya memasuki kehidupan di dunia ke-Pesantrenan.  Kebiasaan bangun pagi hingga tidur malam tak lepas dari peraturan yang mungkin sulit dan memberatkan bagi orang awam. Kalau orang lain mengatakan bahwa pondok pesantren itu adalah 'penjara suci' yang artinya kehidupan yang dilakukan harus sesuai perintah atau peraturan yang ada, mengapa demikian? Karena setelah santri melanggar peraturan maka ada sanksi atau hukuman yang harus ia laksanakan. Semuanya berjalan dengan lancar hingga akhirnya pada tahun 2019  adalah waktu kelulusan atau keluarnya saya dari pondok pesantren. Dari sini kehidupan baru kembali dimulai dan rasanya begitu sangat bertolak belakang atau bahkan bisa dibilang asing. Karena sudah terbiasa hidup dengan aturan maka di rumah kemudian merasakan bebas. Kembali lagi mengapa kebanyakan orang mengatakan pondok pesantren itu semacam penjara, karena mereka para santri juga merasakan kebebasan ketika sudah keluar dari pondok tersebut. Yang ingin saya tekankan disini sekaligus menjadi problem terberat yang dirasakan yaitu ketika berinteraksi dengan masyarakat yang ada di desa. Jika diambil dari contoh kecilnya yaitu ketika ingin keluar rumah ada rasa malu bertemu dengan orang-orang disekitar karena sudah didasari rasa tidak percaya diri tersebut. Maka kondisi tersebut jika tidak segera diperbaiki maka akan berdampak pada diri sendiri atau bahkan orang lain. Dan dampak yang saya rasakan adalah sulitnya berinteraksi dengan seseorang, susah mendapatkan relasi, dan sedikit juga teman yang bisa akrab. Bagi saya, pengalaman ini merupakan contoh Teori Sosiologi Pengetahuan yang digunakan oleh tokoh Sosiologi Modern yaitu Karl Mannheim. Dengan diengaruhi oleh beberapa pemikiran tokoh-tokoh sosiolog seperti Karl Mark, Weber, Scheler, Husserl, Lederer, Lukacs dan lain-lain. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa sosiologi pengetahuan mengkaji tentang hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan. Dengan teori tersebut maka Karl Mannheim menjelaskan bahwa ada cara berfikir yang tidak dapat dipahami secara memadai selama asal-usul sosialnya tidak jelas. Artinya, sebuah pemikiran hanya dapat dipahami dengan baik jika faktor-faktor sosial yang terletak di balik lahirnya pemikiran tersebut dipahami dengan baik.  

Saya mengetahui sedikit tentang teori sosiologi pengetahuan oleh Karl Mannheim ini dari jurnal yang saya baca dengan judul "Sosiologi Pengetahuan: Telaah Atas Pemikiran Karl Mannheim" (2020). Jurnal ini menjelaskan teori Karl Mannheim tentang soiologi pengetahuan sebagai landasan untuk mengetahui sebuah pernyataan atau konsep dalam memahami latar belakang sosial yang berbeda. Sosiologi pengetahuan adalah sosiologi yang mengkaji hubungan masyarakat dengan pengetahuan. Dalam pemahaman saya, teori sosiologi pengetahuan ini dapat digunakan untuk mengetahui setiap individu dalam berinteraksi dengan masyarakat melalui pengetahuan atau pengalaman masing-masing pribadi yang melakukannya. Dengan latar belakang masalah di atas dapat dilihat jika pengalaman yang dialami adalah sebuah faktor yang mempengaruhi masing-masing individu dalam menghadapi masalah sosial yang ia miliki. Karena sebuah pernyataan atau konsep dapat saja memiliki redaksi yang sama tetapi dimaksudkan untuk makna yang berbeda hanya karena lahir dari latar belakang sosial yang berbeda.

Teori sosiologi pengetahuan ini diperkenalkan oleh Karl Mannheim dengan konsepnya tentang ideologi, sosiologi politik, dan kehidupan sosial sebegai pelengkap atas teorinya tentang sosiologi pengetahuan. Karl Mannheim atau dalam ejaan aslinya Karoly Manheim lahir di Budapest pada 27 Maret 1893. Dari keluarga Yahudi kelas menengah, ayahnya berasal dari Hungaria yang bekerja sebagai produsen tekstil, sedangkan ibunya berkebangsaan Jerman. Ia belajar di Universitas Budapest serta di Berlin, Paris dan Heidelberg. Di Universitas Budapest ia mendapatkan gelar doctor dalam bidan filsafat. Ia menghabiskan sisa hidupnya diparuh pertama abad ke dua puluh. Hingga menutup usia pada 9 Januari 1947. Tokoh paling berpengaruh yang menjadi landasan teori Mannheim adalah Karl Marx. Keterlibatan awal Mannheim dengan kerangka analisis Marxian, menyatu dengan pengaruh Weber, Scheler, Hussler, Lederer, Lukacs dan lain-lain, bersatu dalam "sosiologi pengetahuan"-nya. Para penganut beliau dinamakan Mannheimis radikal dengan menekankan bahsa semua aspek budaya dipengaruhi oleh kondisi sosial.  

 Referensi:

Hamka, H. (2020). Sosiologi Pengetahuan: Telaah Atas Pemikiran Karl Mannheim. Scolae: Journal of Pedagogy, 3(1), 76-84.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline