- Disgust atau jijik merupakan emosi yang terjadi akibat penampilan, bau, sesuatu yang dibenci, dan tekstur tertentu. Rasa jijik seringnya tidak dialami sendiri saja tetapi seringkali juga disertai dengan emosi negatif lainnya seperti rasa takut. Disgust atau jijik yang muncul pada anak dapat memengaruhi perkembangan sosialnya. Ketika seseorang jijik akan suatu hal maka akan memunculkan reaksi pada perubahan raut muka, menghindari hal yang menjijikkan itu, berteriak, dan gerakan mempertahankan diri. Kita pernah menjumpai dengan anak yang jijik dengan nasi, disebabkan apa? Takut dengan nasi dapat juga diklasifikasikan sebagai semacam fobia. Gejala yang dihasilkan dari gisgust ini bukan hanya takut makan nasi, tapi juga takut menyentuhnya dan dia akan menghindari bahkan jika nasi ada di dekatnya. Nasi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang selalu ada di meja makan di berbagai rumah setiap harinya. Jijik dengan nasi dapat memengaruhi kondisi fisik anak. Perkembangan fisik melibatkan perubahan di dalam tubuh pertumbuhan otak, sistem saraf, organ sensorik, pertambahan tinggi dan berat badan, hormon, dan perubahan pengembangan keterampilan motorik, dan perubahan kinerja fisik misalnya pada jantung, ketajaman visual. Di sisi lain jijik dengan nasi juga dapat memengaruhi perkembangan sosio-emosional pada anak ketika stimulus yang memancing respons marah pada anak karena mempengaruhi perilaku sosial dengan lingkungan. (Saidah, 2016)
- Pola asuh adalah sikap dan perilaku orang tua terhadap anaknya. Dengan mengarahkan dan berkomunikasi dengan anak untuk mendidik dirinya sendiri yaitu pengetahuan anak. Pengasuhan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh memiliki dampak pada manajemen anak dengan gangguan makan karena orang tua sangat menginginkan berat badan tubuh anak dan gizi anak terpantau dengan baik dan banyak orang tua yang antusias dan kita sebagai orang tau berkomitmen untuk menyediakan suplemen nutrisi anak-anak untuk meningkatkan berat badan dan nutrisi mereka penuh dengan anak-anak. Ciri-ciri anak yang jijik dengan nasi seperti tekanan darah tinggi, gemetar atau bergetar, jantung berdetak kencang, sesak napas, pusing, mual, muntah, sakit pada dada, mulut kering, dan sakit perut. Cara mengatasi anak agar anak tidak jijik lagi dengan nasi lakukanlah sebagai berikut ajak anak makan bersama-sama dan anak akan mencoba makan nasi di depan anak, beri tahu mereka bahwa nasi tidak berbahaya dan mereka bisa memakannya, orang tua berharap dengan melihat mereka makan nasi anak akan mengerti bahwa makan nasi tidak menakutkan, coba beri dia makanan lain yang dia suka dan beri dia sedikit nasi yang dicampur dengan makanan itu agar nasinya tersamarkan dengan makanan lain, saat waktu makan anak datang tempatkan anak di meja dan makan bersama, ajari mereka makan sendiri, ciptakan suasana makan yang menyenangkan, seperti menyajikan makanan di piring yang menarik, cobalah nasi berbentuk favorit anak, seperti binatang atau karakter film (kotak makan) perkenalkan anak dengan berbagai bentuk nasi dengan memberikan bubur sedikit demi sedikit, cobalah memberi makan dengan pengumpan yang berbeda atau berwarna-warni agar anak lebih senang makan nasi, jangan paksa anak untuk makan nasi jika anak tidak mau makan dan coba lagi nanti tawarkan pengganti karbohidrat lain seperti roti, mie atau pasta, kentang, dan ubi jalar, berhenti memberi anak makanan instan atau olahan cepat saji, jangan biarkan mereka makan jajan di luar rumah, jangan menuruti keinginan jajan mereka meskipun dia merengek dan berikan pemahaman dengan cara yang halus dan mudah dipahami anak, jaga selalu kebersihan lingkungan sekitar anak agar anak makan makanan dengan baik dan sehat.
- Kita sebagai orang tua juga harus memperhatikan pentingnya pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk berat badan. Selama anak-anak masih mengonsumsi sumber karbohidrat lain biasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Rasa takut dan jijik terhadap nasi tumbuh dari pengalaman yang ada di dalam benak anak-anak. Jika anak yang masih jijik dengan nasi dan tidak ampuh dengan solusi diatas maka anak harus dibawa ke psikolog anak atau psikiater anak jika sudah tidak bisa diatasi atau susah untuk mencari solusi karena akan berdampak pada jenjang selanjutnya dan perlahan bisa sampai ke akar ketakutan ini. Terapi nutrisi berupaya memfasilitasi aktivitas yang berhubungan dengan makan, menelan, dan perilaku makan pada anak. Terapi ini biasanya dilakukan agar anak-anak dapat lebih berpartisipasi dalam makan sekaligus membuat waktu makan menjadi lebih menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H