PUNYA ANAK SEBELUM MENIKAH ?
Menjadi guru diusia muda merupakan tantangan yang besar. Dimana kita diminta untuk menjadi seorang ibu sebelum kita menikah, memahami psikolog dan masalah anak sebelum kita memiliki anak, dan harus berbicara tentang anak di depan orang tua yang sudah memiliki anak. Menjadi guru adalah sebuah pilihan dan panggilan hati ,karena kita akan mengajar dan belajar dalam memberikan yang terbaik bagi generasi penerus. Bukan hanya tentang mentransfer ilmu melainkan juga mendidik karakter dan akhlak mulia.
Ini adalah cerita tentang perjalanan hidup saya. Saya ingin berbagi cerita tentang perjalanan menjadi seorang guru.
Selamat membaca
Sejak kecil, cita-cita saya adalah menjadi seorang guru. Setiap kali ditanya,"Besok kalau sudah besar mau jadi apa?", jawab saya selalu,"Guru'', tidak ada jawaban lain. Kalau ditanya lagi, "Selain jadi guru, pingin jadi apa? ", saya selalu terdiam dan bingung mau jawab apa, karena tidak tau pingin jadi apa kalau selain guru. Dalam fikiran saya menjadi seorang guru adalah dengan mengajar di jenjang SMP atau SMA. Saya membayangkan akan mengajar remaja, dengan pelajaran yang lebih berat dan berdiskusi dengan anak didik yang sudah cukup matang dalam berfikir. Tidak ada dalam bayangan saya untuk menjadi seorang guru SD, karena dalam pandangan saya dul, mengajar anak SD itu ribet dan susah diatur.
Namun Allah memiliki takdir yang jauh lebih indah dari yang kita bayangkan. Bisa jadi apa yang sangat kita inginkan bukanlah apa yang seharusnya kita butuhkan. Sebagimana telah Allah sebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 216, yang berbunyi:
Artinya: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS Al-Baqarah :216)
Setelah lulus kuliah semuanya berbanding terbalik, saya mendapat kesempatan untuk mengajar bimbel anak didik SD, sampai dengan melamar dan diterima menjadi guru di SD, yaitu sekolah yang sampai saat ini menjadi tempat saya mengajar yaitu di SDIT AL ADZKIA. Dengan niat yang tulus dan kesadaran bahwa setiap pekerjaan yang kita miliki adalah Amanah dari Allah SWT. Saya menjalani dan menikmati setiap rutinitas menjadi seorang guru SD.
Mengajar di sekolah dasar memberi saya pengalaman yang jauh dari apa yang saya bayangkan. Saya bertemu dengan anak-anak dengan hati yang tulus dan senyuman manis, setiap hari mereka mengajarkan saya tentang kejujuran, kegembiraan, dan semangat yang tak pernah padam. Dan kemudian saya pahami, bahwa sekolah SD menjadi pintu untuk memulai perjalanan mereka dalam menuntut ilmu, tempat di mana setiap langkah kecil mereka penuh dengan harapan dan potensi yang luar biasa.
Tiba-tiba saya teringat dengan pertanyaan salah satu anak didik saya, "Ustadzah suka nggak ngajar kelas 3?" Saya pun menjawab, "Suka dong, Ustadzah suka mengajar kalian." Lalu mereka bertanya lagi, '"Apakah Ustadzah nggak ada rasa jengkel sama kita? Kita kan nakal." Saya tersenyum dan menjawab, "Kata siapa nakal? Enggak kok, Ustadzah nggak jengkel sama sekali."
Percakapan singkat itu mengajarkan saya bahwa betapa pentingnya memiliki kesabaran dan pemahaman dalam mengajar. Menjadi guru memberi saya banyak pelajaran, salah satunya adalah tentang kesabaran dalam menghadapi berbagai macam karakter anak didik. Saya juga mulai memahami bahwa tidak ada guru yang membenci anak didiknya. Ketika mereka menegur atau mengingatkan, itu semua karena mereka sayang dan menginginkan yang terbaik untuk anak didiknya.