Lihat ke Halaman Asli

Menuju Desa Wisata Budaya dengan Meningkatkan Produk Seni di Desa Plunturan, Ponorogo

Diperbarui: 14 Januari 2022   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Mahasiswa sastra inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas 17 Agustus 1945 mendapat kesempatan untuk mengikuti program Matching Fund yang dilaksanakan di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Ponorogo yang berlangsung dari bulan September - Desember 2021. Dengan mengikuti berbagai rangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh tim Matching Fund, salah satunya yaitu penyusunan katalog produk budaya.

Desa Plunturan merupakan desa yang kaya akan keanekaragaman budayanya sehingga berpotensi untuk menjadi desa wisata budaya yang diharapkan tidak hanya dikenal oleh kalangan masyarakat Indonesia saja melainkan bisa sampai kewisatawan mancanegara. Desa ini memiliki wilayah yang cukup luas, terdiri dari 4 dusun diantaranya ialah dusun Suru, dusun Krajan, dusun Cabean, dan dusun Gadungan. Salah satu contoh seni kebudayaan yang bertahan dan lestari hingga saat ini yaitu seni Reyog. Kesenian ini memang sudah tidak asing lagi ditelinga semua orang. Kesenian ini sekaligus menjadi ikon khas Kabupaten Ponorogo bahkan sudah mendunia.

Tak hanya kesenian dan budayanya saja, kuliner juga memiliki peranan penting dalam menarik minat wisatawan yang akan berkunjung. Kuliner sudah menjadi bagian dari hidup yang berkaitan dengan konsumsi atau makanan sehari--hari. Kuliner adalah sebuah hobi campuran yang biasa disebut dengan wisata kuliner yang tujuannya untuk makan dan berjalan-jalan (wisata, berpergian). Namun, biasanya kata kuliner lebih mengacu pada makanannya dibandingkan dengan jalan--jalan. Kuliner digambarkan sebagai bentuk hasil olahan berupa masakan dengan berbagai lauk pauk khas dari tempat dimana makanan tersebut diciptakan. Kuliner desa Plunturan yang bisa dinikmati ketika sedang berkunjung di desa ini seperti Nasi Angkruk dan Gulai Cuwo.

Dokpri

Kuliner Nasi Angkruk bisa didapatkan jikakita berada di dusun Kraja. Nasi Angkruk terdiri dari nasi dengan toping rempah-rempah asli buatan Ponorogo. Harganya sangat bersahabat dan tidak heran kalau beberapa orang kehabisan nasi satu ini. Uniknya lagi, Nasi Angkruk ini bisa disimpan hingga keesokan harinya dengan rasa yang masih sama seperti hari pertama dibuat. Lalu, jika ingin menikmati kuliner yang segar dan berkuah kitab isa pergi ke Dusun Gadungan untuk mencicipi kuliner Gulai Cuo. Kuliner Dusun Gadungan ini memang tidak jauh berbeda dengan bahan utama yang digunakan untuk memasak gulai yaitu daging sapi, kambing, dan ayam. Keunikan yang dimiliki Gulai Cuwo ini terletak pada cara penyajiannya yang masih tradisional. Dihidangkan dalam "Cuwo", sejenis magkok kecil yang terbuat dari tanah liat sehingga membuat gulai memiliki cita rasa khas yang nikmat.

Dokpri

Berkaitan dengan kekayaan budaya yang beraneka ragam dan tersebar di desa Plunturan. Maka melalui program Matching Fund ini, kelompok sadar wisata (POKDARWIS) dalam kegiatan Penyusunan Katalog Seni dapat lebih mudah untuk mempromosikan potensi dan kekayaan budaya yang ada di desa Plunturan dengan cara membuat buku katalog desa yang berisi deskripsi dan keragaman produk budaya di bidang kuliner seperti Nasi Angkruk, Gulai Cuwo, Punten, Pepes Ikan Asin, Nasi Bakar, dan Rujak Buah Cinde Raos.

Kegiatan katalog seni ini juga merupakan upaya agar nilai seni sekaligus nilai-nilai luhur yang ada di desa Plunturan tidak luntur dan tidak hilang ditelan zaman. Agar rasa bangga dan kepedulian melestarikan budaya warisan leluhur ini dapat lebih teratanam di generasi muda Indonesia saat ini.

Jika bukan generasi muda yang akan menjadi penerus, lalu siapa?

You can see a short video of culinary making here https://youtu.be/gtl0YCEI6W0




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline