Lihat ke Halaman Asli

Qotrun Nadha

Universitas Jember

Ekosistem Ekonomi Kreatif di Wilayah Air Terjun "Niagara Indonesia" Tumpak Sewu untuk Kesejahteraan Masyarakat Sekitar

Diperbarui: 8 November 2024   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Qotrun Nadha

Program Studi Televisi dan Film

Air Terjun Tumpak Sewu atau disebut juga Coban Sewu adalah sebuah air terjun berketinggian sekitar 120 meter. Air terjun ini berbatasan dengan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Air Terjun Tumpak Sewu memiliki aliran air yang menyerupai tirai sehingga termasuk dalam tipe air terjun Tiered. destinasi ini mendapat julukan “Niagara Indonesia” dan menarik minat wisatawan dari seluruh penjuru. Lokasi Air Terjun Tumpak Sewu ada di dalam sebuah lembah yang curam memanjang dengan elevasi 500 meter di atas permukaan air laut. Air Terjun Tumpak Sewu terbentuk di aliran Sungai Glidih.

Air terjun ini merupakan salah satu objek wisata yang termasuk kedalam 10 destinasi wisata terpopular di Kabupaten Lumajang. Pengelolaan objek wisata ini berbasis komunitas atau disebut dengan community based tourism, yaitu pengelolaan yang berasal dari masyarakat dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk masyarakat. Masyarakat sekitar wisata Air Terjun Tumpak Sewu dapat dikatakan sudah cukup berhasil dalam mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimiliki, hal ini dikarenakan sudah berkurangnya tingkat pengangguran dan meningkatkan nya kesejahteraan masyarakat sekitar.

Semenjak Air Terjun Tumpak Sewu dikelola sebagai objek wisata, menjadikan wisata ini sebagai lapangan pekerjaan baru dan banyak pemuda yang terlibat dalam pengelolaan wisata. Selain itu, setiap bulan terdapat 2.000 lebih wisatawan lokal dan 150-200 wisatawan asing yang berkunjung. Pada tahun 2018, Wisata Air Terjun Tumpak Sewu meraih penghargaan juara pertama di Anugerah Wisata Jawa Timur 2018 dalam kategori daya tarik alam.

Potensi pengembangan ekonomi kreatif di sekitar Tumpak Sewu sebenarnya sangat besar. Melalui sinergi yang baik antara sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, masyarakat lokal diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Namun, beberapa permasalahan serius masih perlu diatasi, termasuk keterbatasan akses dan infrastruktur, rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang ekonomi kreatif, serta minimnya dukungan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi ini. Artikel ini akan mengulas tantangan-tantangan tersebut dan menawarkan pandangan tentang solusi yang dapat dilakukan.

1. Akses dan insfratruktur.

Salah satu kendala utama dalam pengembangan ekosistem ekonomi kreatif di kawasan tumpak sewu adalah adalah akses yang lumayan terbatas, dan kurangnya infratruktur pendukung. Jalan menuju air terjun cukup terjal, dengan medan yang membutuhkan tenaga ekstra dan pengalaman tertentu. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan medan seperti ini, perjalanan ini merupakan bagian dari pengalaman yang menantang, berbeda dengan mereka yang tidak terbiasa, perjalanan seperti ini akan menjadi kendala dan trauma.Selain itu juga, fasilitas pendukung seperti area parker dan pusat informasi wisata yang belum memadai. Di lokasi air terjun tersebut, fasilitas seperti toilet dan tempat istirahat bagi pengunjung pun masih minim. Situasi seperti ini menyulitkan masyarakat sekitar untuk mengembangkan bisnis mereka yang bergantung pada arus kedatangan pengunjung. Seperti pedagang lokal yang ingin menjual hasil dari kerajinan tangan atau kuliner khas kurang mendapatkan area yang strategis untuk berjualan. Oleh karena itu perlu insfratruktur yang baik dan memadai untuk pengembangan ekonomi di kawasan air terjun ini.

2. Kurangnya pengetahuan tentang ekonomi kreatif di masyarakat lokal

Masyarakat di sekitar Tumpak Sewu sebagian besar masih mengandalkan ekonomi tradisional seperti bertani. Banyak masyarakat local yang belum memahami potensi besar dari sektor ekonomi kreatif yang  berkaitan langsung dengan pariwisata. Hal ini terjadi karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan ekonomi  kreatif, seperti pemasaran produk, pengemasan yang menarik, dan strategi pengembangan produk.

Beberapa pelaku usaha kecil yang ada hanya menjual produk sederhana tanpa pengemasan dan branding yang menarik. Pelatihan dan workshop mengenai keterampilan bisnis dan ekonomi kreatif dapat membantu masyarakat memanfaatkan potensi yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline