Sejak manusia dilahirkan ke dunia ini, keluarga adalah lingkungan pertama yang mengajarkan nilai-nilai dalam kehidupan, mengajarkan sesuatu yang akan menjadi bekal untuk masa depan anaknya kelak. Lingkungan keluarga juga merupakan langkah pertama anak dalam belajar bersosialisasi sebelum melanjutkannya ketahap sosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas. Nilai dan pengetahuan yang diajarkan dalam lingkungan keluarga akan berguna dan diterapkan dalam bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. Beranjak dewasa ini, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih luas dan sebagaimana kita diciptakan menjadi makhluk sosial tidak akan terlepas dari proses sosialisasi atau manusia saling membutuhkan satu sama lain. Dalam proses sosialisasi ada hasil yang akan didapatkan, yakni ada sisi baik maupun sisi buruknya yang terjadi dalam proses tersebut. Dari sisi baiknya kita bisa saling membantu akan sesama manusia yang sedang kesulitan dan memiliki banyak teman. Dari sisi buruknya, kita akan menemukan perbedaan dalam banyak hal dari proses sosialisasi seperti perbedaan pandangan, pendapat, dan gaya hidup. Perbedaan itulah yang menimbulkan rasa seseorang ingin menindas karena ketidaksesuaian terhadap diri sendiri. Penindasan yang dilakukan seseorang merupakan bentuk rasa iri yang dirasakan, ketidaksukaan akan orang tersebut, adanya upaya balas dendam dengan apa yang pernah dirasakannya. Penindasan tersebut lebih dikenal dengan sebutan bullying. Menurut (Black and Jackson, 2007) Bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara berulang - ulang.
Bullying saat ini sangat sering terjadi hampir disetiap negara. Seperti di Indonesia merupakan salah satu dari negara yang memiliki kasus bullying terbanyak. Bullying terjadi diberbagai kalangan dalam masyarakat. Bullying yang paling sering terjadi dikalangan SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Saat ini, kondisi bullying di Indonesia sangat memprihatinkan sesuai dengan data pengaduan anak kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang semakin hari semakin banyak terkait bullying di Indonesia dan tentunya ini sangat disadari dan menjadi keprihatinan bersama. Ada banyak kasus di Indonesia tentang bullying. Salah satu kasus bullying belum lama ini terjadi pada tiga siswa SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo yang mem-bully seorang siswi berhijab di dalam kelas, ketiga siswa itu menganiaya teman ceweknya dengan cara memukul dan menendang. Mereka juga melayangkan pukulan menggunakan gagang sapu ijuk. Namun, sang korban hanya bisa diam dan menangis karena tidak memiliki kekuatan dan lemah untuk melindungi dirinya. Kejadian tersebut didukung dengan pendapat menurut (Amini, 2008), yakni bullying adalah salah satu tindakan yang menyalah gunakan kekuatan/kekuasaan untuk menindas orang yang menurut mereka lemah dan tidak berdaya. Kejadian yang dialami pada siswi SMP Muhammadiyah tersebut termasuk kedalam jenis bullying fisik.
Bullying memiliki banyak jenis salah satunya bullying fisik. Bullying fisik menurut (Coloroso, 2007) merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi di antara bentuk-bentuk penindasan lainnya. Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius. Bullying fisik adalah masalah yang sangat serius karena jika tidak ditangani dengan cepat akan ada banyak kekerasan dimana-mana dan bisa terjadi di dunia pendidikan maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Bullying fisik di Indonesia saat ini menurut laporan KPAI menerima 153 pengaduan kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap siswa di satuan pendidikan sepanjang 2019. Dari data tersebut bisa disimpulkan masih banyak kekerasan atau bullying fisik yang terjadi di Indonesia dan harus ditanggulangi dengan baik dan benar.
Akibat dari bullying akan ada dampak yang dirasakan oleh korban dan sangat berbahaya bagi mental korban. Dampak yang dirasakan bisa dari yang ringan hingga yang berat. Dampak psikologis yang bisa terjadi akibat bullying, yakni kehilangan nafsu makan, prestasi belajar turun, tidak semangat dalam mengerjakan segalanya, depresi, gangguan pengendalian diri dan bunuh diri. Dampak yang dialami korban bullying ini tidak hanya fisiknya saja, tetapi mentalnya juga akan terguncang serta akan sulit untuk dilupakan maupun disembuhkan apalagi jika korban tidak mau berusaha untuk sembuh. Dampak bullying fisik dengan terguncangnya mental bisa disembuhkan dengan mendatangi psikolog dengan mencurahkan kegundahan dan masalah yang ada dalam benak korban. Bullying fisik pada faktanya membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungannya agar memiliki semangat dan tidak mudah putus asa yang mengakibatkan bunuh diri.
Berdasarkan uraian diatas, artikel ini akan membahas masalah-masalah bullying, bullying fisik dan dampak yang pernah dialami mahasiwa/i di sebuah perguruan tinggi saat mereka masih menjadi pelajar di tingkatan pendidikan sebelumnya. Ada beberapa rumusan masalah, yakni berapa banyak bullying dan bullying fisik yang dialami serta dampak yang dirasakan. Penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan bahwa bullying adalah masalah yang sangat serius dan tidak bisa diabaikan karena dampak yang dialami sangat buruk bagi kesehatan atau bagi kehidupan seorang manusia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menggerakkan banyak orang agar dapat menuntaskan masalah terkait bullying dimanapun berada dan menurunkan angka bullying yang semakin hari semakin naik.
Metode penelitian yang telah diteliti dengan judul bullying fisik dan dampak yang terjadi dikalangan perguruan tinggi menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut (Wirartha, 2006) Metode deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi dilapangan. Jadi, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui fakta yang ada dilapangan dan kejadian yang sebenarnya terjadi seperti apa.
Hasil dari penelitian dengan judul bullying fisik dan dampak yang dialami korban di sebuah perguruan tinggi akan diuraikan untuk menerangkan hasil data yang sudah didapat peneliti dan dijawab oleh responden. Dalam menggunakan teknik pengumpulan data angket/kuisioner yang telah dijawab oleh responden sebanyak 75 responden. Penelitian ini membahas tentang bullying, bullying fisik dan dampaknya, yakni berapa banyak yang pernah mengalami bullying, berapa banyak yang pernah mengalami bullying fisik dan seperti apa kejadian yang dialami korban. Selanjutnya, dampak bullying fisik apa yang dirasakan para korban.
Hasil dan pembahasan penelitian ini sebagai berikut:
Peneliti telah menyiapkan berbagai pertanyaan untuk mahasiwa/i di sebuah perguruan tinggi, yakni pertanyaan pertama apakah anda pernah mengalami bullying. Kedua, apakah anda pernah mengalami bullying fisik. Ketiga, dampak apa yang anda rasakan akibat bullying fisik.
Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket/kuisioner, peneliti berhasil mendapatkan data mahasiwa yang pernah mengalami peristiwa bullying saat masih menjadi pelajar di tingkatan pendidikan sebelumnya, yakni berjumlah 51 orang yang mengalaminya dari 75 responden. Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa banyak mahasiwa/i yang pernah mengalami bullying saat mereka masih menjadi pelajar di tingkatan pendidikan sebelumnya. Bullying sering terjadi di kalangan pelajar bisa disebabkan karena guru yang tidak memperhatikan siswa atau tidak memperdulikan adanya peristiwa bullying. Hal itu sangat disayangkan karena tanpa diatasi akan membuat banyak sekali peristiwa bullying.
Pertanyaan kedua yang telah dijawab responden, yakni berapa banyak korban yang pernah mengalami bullying fisik dikalangan perguruan tinggi. Dari data yang didapatkan peneliti dengan menggunakan metode angket/kuisioner yang pernah mengalami bullying fisik, yakni berjumlah 8 orang yang mengalaminya dari 51 responden. Kejadian bullying fisik yang dialami korban seperti ditendang, dipukul, dipukul lebih dari satu orang. Kejadian itu sangatlah tidak baik bagi korban dari fisik ataupun dari mentalnya. Hal tersebut berdasarkan data yang didapatkan peneliti. Dari data diatas bisa disimpulkan bahwa bullying fisik tidak terlalu banyak yang mengalaminya, tetapi hal tersebut bukanlah hal yang boleh dianggap sepeleh karena ternyata masih ada korban yang mengalami bullying fisik yang bisa dikatakan bullying fisik ini sangat merugikan bagi korban.