Oleh : Nada Sihombing
Saat pertama kukecap manisnya dunia
Dialah di balik semua itu
Dia tidak percaya akan takdir
Ia membuat mungkin sesuatu yang tak mungkin
Dialah ayahku
Ayah terhebat sejagat raya
Bagai karang yang selalu menjaga debu pasir
Tetap tenang dalam tamparan ombak pantai
Dialah terumbu karangku
Gudang alami bagi sejuta insan
Di dalamnya aku merasa teduh
Saat badai laut menghantam jiwaku
Dia selalu tersenyum
Meski bahasa tubuhnya teramat letih
Ia tidak peduli dengan legam di dahinya
Setiap hari ia menyiangi kabut pagi
Menempuh kerasnya kehidupan
Ia tak risau dengan busur terbalik di bahunya
Meski peluh membanjiri tanah
Untuk memperjuangkanku
Ayahku........
I never tell you enough how important you are
Kini saat ragaku jauh darinya
Dahaga rindu pun menghantam batinku
Sesak sebuana membuatku tak berdaya
Kesepian menghujam sukmaku
Kukira aku bisa sekuat dirinya
Saat dunia menghantam kalbuku
Saat ku jatuh dan tak berarti apa-apa
Akupun patah
Aku ingin berlari, berlindung pada terumbu karangku
Sebab dia mengerti setiap butiran air mataku
Menyadarkanku akan arti kehidupan
Dialah lelaki pertama yang mengecupku penuh cinta
Dialah alasanku berada di titik ini
Sungguh,
Aku tidak butuh ornamen indah
Hanya ingin dia tetap bahagia
Di tengah dera perjuangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H