Lihat ke Halaman Asli

Gugur Daun di Musim Semi

Diperbarui: 24 April 2021   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/dpinnh

Oleh : Nada Sihombing

Gugur daun di musim semi
Sungguh tak layak bukan?
Di hari bersejarahku
Terbesit kisah pilu sembilan belas tahun lalu
Yang menatahku pada puncak ini
Perihnya hidup tanpa mereka

Orang tahu beritamu
Saat aku tak tahu apa-apa
Hingga akhirnya tubuh kakumu diusung
Ibu dan ayahku
Remuk hatiku
Banjir luka
Sendirian dalam keramaian

Ibu kau tahu?
Setiap ku lihat bakung
Aku teringat pada karangan bunga di kakimu
Ayah
Mengapa engkau meninggalkan aku
Saat aku butuh bimbingan keluar dari sangkar ini?
Tak satupun pesan terakhir sebagai pertinggalmu
Hanya satu
yang ku tahu selalu menguatkanku
Senyuman beku untuk terakhir kalinya
Yang menjanjikan harapan bagiku
Itu membawaku untuk membuka halaman baru
Pekatkan tekad
Pamit pada rumah tak berpenghuni
Menjajakan apa saja di lampu merah
Dengan baju kumal dan lusuh

Ayah, ibu
Lihatlah anakmu yang dulu ingusan
Menunduk dengan togaku
Menerima gelar sarjana di usia muda
Papan di belakangku bukan lagi yang dulu
Saat namamu terukir sebagai bela sungkawa
Namun ucapan selamat dari orang terkasih

Ibu dan ayahku
Nisanmu adalah kuatku
Hingga pada titik ini
Kusematkan nama indahmu
Dalam buku sarjanaku
Walau raga kita terpisah
Namun doamu mengiringiku
Terimakasih buat lima tahun bersamamu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline