Lihat ke Halaman Asli

Nada Pertiwi

blog tugas kuliah

Jurnalisme Multimedia

Diperbarui: 10 Februari 2020   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan dan foto dalam artikel Snow Fall /dokpri

MENDESKRIPSIKAN KEMBALI JURNALISME MULTIMEDIA

Pengertian jurnalisme multimedia akan terus berkembang seiring kreativitas dan teknologi

Dalam kalangan jurnalis penguasaan multimedia dipahami sebagai kemampuan untuk memproduksi foto, video, audio, info grafik, dan gambar animasi. Eric Maierson merupakan seorang produser di MediaStorm sejak tahun 2006 dan Robyn Tomlin merupakan seorang editor di Thunderdome. Kedua pekerja media ini enggan menggunakan kata "multimedia" untuk karya yang mereka produksi. Maierson lebih suka menyebut karyanya dengan "produksi film dan studio desain interaktif" dan Tomlin menyebut karyanya dengan "video dan interaktif".

Penggunaan kata interaktif ini digunakan Tomlin untuk produk multimedianya yang mana tidak hanya sekedar menyampaikan informasi namun juga membantu viewersnya untuk memahami informasi yang ingin disampaikan. Sehubungan dengan itu, multimedia tidak lagi hanya sekedar menyebarkan informasi dalam berbagai bentuk seperti foto, video, audio, info grafik namun juga memiliki interaktivitas dimana saling berkaitan dan saling membantu melengkapi dalam menyampaikan informasi. Pengertian multimedia akan terus berkembang seiring kreativitas dan teknologi baru yang terus berkembang.

Terdapat beberapa tips dalam menghasilkan produk multimedia.

Pertama, jangan mengulang informasi di platform yang berbeda. Blog, Youtube, Twitter, dan Instagram adalah beberapa contoh platform yang kini banyak digunakan untuk menyebarkan informasi. Jangan memuat informasi serupa meskipun disebarkan pada platform yang berbeda. Sebaiknya, manfaatkan sebaik mungkin keunggulan masing-masing platform. Seperti, fokus pada pembuatan tulisan panjang di Blog, fokus pada pembuatan konten video untuk konten di Youtube, fokus pada pembuatan konten tulisan-tulisan singkat di Twitter, dan fokus pada pembuatan konten foto di Instagram.

Kedua, informasi tidak harus selalu dalam bentuk teks. Informasi dapat juga disampaikan dalam cerita infografik di mana infografik tersebut mengutamakan penyampaian cerita dibanding tata letak agar dapat mudah ditangkap oleh audiens.

Ketiga, muat informasi dengan sederhana. Kemas informasi dengan singkat dan padat. Sampaikan secara sederhana agar mudah dipahami. Caranya dengan menyaring informasi yang penting dan tidak penting; yang harus dimasukan atau dibuang. Informasi yang terlalu panjang namun tidak mendetail akan membuat audiens bosan.

Keempat, raih perhatian audiens melalui visual. Raih perhatian audiens dengan visual menarik begitu mereka membuka platform yang kita miliki sehingga betah berlama-lama di dalamnya.

Kelima, informasi yang tidak urut tidak berarti harus rumit. Permudah audiens dalam navigasi cerita atau konten dimana mereka dapat melompat dari satu konten ke konten lainnya tanpa opsi yang rumit. Sehubungan dengan itu, menjadikan setiap audiens mungkin mencari konten yang sama namun mendapatkan informasi yang berbeda.

Keenam, tetap memuat interaktivitas meskipun rendah. Beberapa media telah memuat interaktivitas namun beberapa media lain masih pasif terhadap audiens mereka. Contohnya, menggunakan hyperlink meskipun penggunakan hyperlink yang dilakukan dengan cara klik tidak ubahnya seperti membalik sebuah buku.

Ketujuh, berikan audiens pengalaman yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya melalui produk multimedia yang dihasilkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline