Nisa mengetuk-ngetukkan jarinya pada pinggiran meja. Sementara kakinya terlipat, duduk bersila di atas kursi. Sudah sejak setengah jam yang lalu ia dalam posisi begitu. Dahinya berkerut sehingga wajahnya tampak serius. Sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan?
Yang sedang Nisa pikirkan adalah tugas menulisnya yang belum selesai. Guru bahasa Indonesianya memberi tugas menulis cerita pendek sebagai tugas portofolio di akhir semester ini. Semua temannya sudah mengerjakan. Sebenarnya Nisa ingin sekali segera menyelesaikan tugas itu seperti teman-temannya, sayangnya hal tersebut tidak kunjung terwujud.
Tak seperti kelihatannya, tugas menulis cerpen tergolong cukup sulit. Beberapa temannya yang kesulitan bahkan ada yang menggunakan cara alternatif yang kurang baik, yaitu memplagiat tulisan orang. Nisa bisa saja menggunakan cara itu demi menyelesaikan tugas dengan cepat. Namun, ia tidak menyukai cara itu. Menurutnya lebih baik hasil karya sendiri, sejelek apapun itu, daripada mengakui karya milik orang lain.
Setelah lama bertahan dalam posisi 'berpikir'nya, Nisa menyerah juga. Ia memutuskan untuk tidur saja malam itu. Mungkin besok pagi sudah ada ide, pikirnya.
Sebelum tidur seperti biasa Nisa memeriksa ponsel pintarnya, bisa saja ada agenda yang terlewat atau sesuatu yang terlupa. Ketika ia selesai memeriksa dan hendak menonaktifkan ponselnya, sebuah notifikasi pesan masuk. Hmm ... dari Sici, tanpa sadar Nisa termenung lagi. Jawab tidak ya? Ia bimbang karena niat awalnya adalah untuk segera tidur setelah memeriksa jadwal di ponsel. Apa ku pura-pura gak liat aja? Tepat saat Nisa berpikir begitu notifikasi lainnya masuk. Rupanya itu Sici lagi.
"Sudah tidur ya?"
Melihat itu Nisa merasa tidak enak juga. Ah jawab sajalah, tidak ada gunanya juga aku mengacuhkan dia. Lagipula, kalaupun aku langsung mematikan ponsel tidak menjamin aku akan langsung tertidur. Segera saja Nisa membatalkan niatnya untuk tidur.
"Belum tidur nih, pusing mikirin alur cerita buat tugas cerpen. Ada apa?" Nisa mengirimkan pesan jawaban pada Sici. Tak sampai semenit temannya itu sudah membalas lagi.
"Mau nanya soal ekonomi. Tapi aku jadi nggak enak nih, nggak jadi deh."
"Ehh nggak papa kok, tanya aja, Ci. Asal jangan soal yang ngitung yaa ...." Buru-buru Nisa membalas, merasa tidak enak hati.
"Ooh enggak ngitung kok ini, tenang aja." Sici membalas lagi, kemudian mengirimkan sebuah foto. "Soal itu, jawabannya apa ya kira-kira?"
Nisa membaca soal ekonomi yang dikirimkan Sici. Ternyata soalnya tentang materi inflasi. Ia kemudian berpikir sejenak. Setelah itu ia mengirimkan pesan lagi kepada Sici. "Kayaknya jawaban B. Alasannya menurut aku, karena pas inflasi uang yang beredar jadi meningkat trus harga uang jadi turun deh."
"Ooh iya ya, benar juga. Aku sempet keblinger tadi sama pengertiannya. Makasih ya, Nis." Nisa tersenyum sejenak melihat balasan dari Sici.
"By the way, semangat ngerjain tugas bahasa Indonesianyaa!" Sici mengirimkan pesan tambahan. Nisa kembali teringat dengan tugasnya itu. Namun sayangnya ia sudah menyerah untuk mengerjakannya malam ini. Ia mengirimkan pesan lagi pada Sici, "Aku ngerjain besok aja deh, belum ada ide sekarang."
Tring! Notifikasi pesan muncul lagi. Sici membalas pesannya yang tadi, tertawa. "Hahahah," balas Sici. Tidak sampai di situ, ternyata Sici kembali menanyakan sesuatu. "Eh kalau orang yang diutangin namanya piutang kan ya?" Nisa agak heran dengan pertanyaan itu, ia menjawab, "Maksudnya?"