Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Gejala Nomophobia di Masa Pandemi

Diperbarui: 30 Agustus 2020   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di era globalisasi ini perkembangan teknologi kian berkembang pesat. Terlebih teknologi komunikasi. Melalui berbagai perangkat teknologi dan fitur yang canggih informasi dapat tersebar luas. Saat ini mayoritas masyarakat sudah memiliki gadget masing-masing, terutama ponsel. Sekarang ponsel adalah sesuatu yang sangat lekat dengan kehidupan sosial di masyarakat kita. Sayangnya disadari ataupun tidak, penggunaan ponsel secara terus menerus ternyata menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental. Contohnya yaitu fenomena nomophobia. Nomophobia adalah fenomena ketika seseorang tidak dapat lepas dari menggunakan ponselnya. Nomophobia berasal dari singkatan istilah 'no mobile phone phobia' yang artinya 'rasa takut berlebih ketika tanpa ponsel'. Berdasarkan definisi di atas, dapat diketahui bahwa nomophobia dapat diartikan juga sebagai gejala kecanduan ponsel. Bagi yang baru pertama mendengar istilah nomophobia mungkin ada yang berpikir bahwa fenomena tersebut jarang terjadi.  Padahal faktanya hampir seluruh pengguna ponsel mengalaminya. Gejala yang paling jelas terlihat dari penderita nomophobia yaitu merasakan ketakutan berlebih ketika berjauhan dengan ponsel atau telefon genggamnya. Rasa ketakutan tersebut muncul terlebih saat mereka tidak dapat melihat atau mengecek ponsel mereka. Dalam sehari penderita nomophobia bisa sampai ribuan kali mengeklik di layar ponselnya. Mereka terus menerus membuka dan mengecek ponsel mereka untuk melihat semua hal, mulai dari yang penting hingga hal yang sama sekali tidak bermanfaat. Bahkan, bila gejalanya sudah akut para penderitanya bisa menghabiskan waktu lebih dari setengah hari hanya menatapi layar ponsel.

Pada masa pandemi ini nomophobia sangat rentan terjadi kepada setiap orang. Apalagi karena keharusan untuk beraktivitas dari rumah menyebabkan gadget terutama ponsel menjadi barang yang penting dan sering digunakan untuk berhubungan dengan dunia luar. Mereka mau tidak mau harus menggunakan ponselnya untuk beraktivitas dari rumah.  Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sangat berisiko terkena gejala nomophobia. Penyebab nomophobia sangat beragam, di antaranya adalah tidak adanya batasan waktu penggunaan ponsel dan penggunaan ponsel secara terus menerus tanpa tujuan yang jelas. Selain itu, penggunaan ponsel sebagai sarana hiburan dan pelampiasan stres bisa juga menjadi penyebab munculnya gejala nomophobia.

Fenomena nomophobia tentu saja bukanlah perihal yang bisa diremehkan. Bila sudah parah gejalanya bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental. Nomophobia dapat menyebabkan mulai dari kekurangan tidur hingga gejala anti-sosial. Fenomena ini juga dapat mengakibatkan jadwal kerja yang tidak teratur, mengurangi kegiatan produktif yang bermanfaat, dan meregangnya hubungan sosial dan komunikasi di dunia nyata. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi fenomena ini salah satunya adalah dengan melakukan diet dan detoks gadget. Diet gadget di sini maksudnya yaitu mengurangi penggunaan gadget terutama ponsel. Cara melakukannya dengan menonaktifkan dan menaruh ponsel di tempat lain yabg jauh dari jangkauan di beberapa kegiatan seperti makan, beribadah, ketika berkumpul dengan keluarga dan ketika tidur. Sedangkan detoks gadget adalah pemulihan kondisi nomophobia dengan mengurangi secara drastis - dalam hal ini - penggunaan ponsel. Detoks ponsel dapat dilakukan dengan menonaktifkan ponsel dan menyimpannya di tempat terkunci seperti lemari selama jangka waktu yang ditentukan. Detoks ponsel yang efektif biasanya dilakukan antara 3 sampai 7 hari dalam seminggu. Hal tersebut memang akan terasa sulit mengingat di era teknologi canggih saat ini tentu kita merasa akan kehilangan banyak informasi bila lama tidak melihat ponsel. Jalan keluar yang dapat diambil adalah melakukan diet ponsel (mengurangi sedikit waktu penggunaan ponsel) pada hari-hari sibuk seperti hari kerja dan menerapkan detoks ponsel (mengurangi drastis waktu penggunaan ponsel) pada hari-hari libur seperti akhir pekan. Selain diet dan detoks penggunaan ponsel, meningkatkan komunikasi dengan orang sekitar di dunia nyata dapat mengurangi gejala nomophobia. Namun mengingat kondisi pandemi saat ini tentu saja dianjurkan untuk berbicara dengan orang di sekitar yang terdekat saja, misalnya keluarga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline