Dewasa ini kita sudah tidak asing lagi dengan artificial intelligence (AI) yang kegunaanya dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari. Tak heran lagi saat kita melihat seorang pria yang cukup duduk santai di mobil sedangkan mobilnya mampu berkendara sendiri dengan menggunakan sistem autopilot mobil. Kini seseorang cukup melontarkan kalimat untuk meminta virtual assistant melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu seperti menutup gorden, menyalakan lampu, dan lain sebagainya. Melihat fenomena yang sudah marak di abad ini, apakah kita sudah cukup paham dengan artificial intelligence itu sendiri? Berikut akan kita bahas tentang apa itu AI.
Istilah 'artificial intelligence' atau 'kecerdasan buatan' muncul pada tahun 1956 yang dikemukakan oleh McCarthy. AI merupakan program komputer yang cara kerjanya meniru kecerdasan otak manusia. Ia mampu mengumpulkan data, menganalisis, dan mempelajari pola yang berulang. Dengan begitu AI dapat dikatakan mempunyai logika bahkan mampu mengambil keputusan tanpa campur tangan manusia. Perolehan besar berbagai bidang AI terjadi pada tahun 1990-an yang ditandai dengan kemunculan Deep Blue, yakni komputer permainan catur yang mampu mengalahkan juara dunia turnamen catur (Garry Kasparov).
Semakin berjalannya waktu, manusia berinovasi untuk menciptakan alat yang dapat mengotomatiskan pekerjaan manusia dengan menyuntikkan sistem AI di dalamnya. Sebenarnya gagasan untuk menciptakan perangkat yang dapat meringankan tugas manusia sudah ada sejak zaman kuno. Namun istilah 'robot' baru muncul pada tahun 1920 diambil dari bahasa Ceko 'robota' yang berarti pekerjaan kuli yang tidak mengenal lelah atau bosan.
Selaras dengan maknanya, robot merupakan perangkat mekanik yang dapat menggantikan berbagai tugas manusia, baik dengan pengawasan manusia maupun menggunakan program kecerdasan buatan yang telah kita bahas sebelumnya. Kini sudah tak heran lagi kita melihat banyak robot beroperasi di berbagai pabrik industri. Tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh dari ranah industri, kita bahkan bisa menemukan robot rumah tangga yang dapat membantu meringankan pekerjaan rumah seperti menyapu maupun mengepel.
Pada 2019 lalu kita digemparkan dengan kunjungan Sophia Robot dalam konferensi CSIS Global Dialogue yang bertempat di Jakarta. Pada kesempatan itu ia sempat berinteraksi dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Robot Sophia merupakan robot humanoid yang keseluruhan penampilannya dibentuk seperti tubuh manusia. Ia mampu berinteraksi, mengolah data visual, menunjukkan berbagai ekspresi wajah, bahkan memiliki selera humor layaknya manusia.
Robot Sophia diluncurkan pada tahun 2015 oleh David Hanson dari perusahaan Hanson Robotics. Kecerdasan buatan yang dirancang pada robot Sophia membuatnya telah diundang lebih dari 50 negara. Ia bahkan muncul dalam acara The Tonight Show, sebuah gelar wicara tersohor dari negeri Paman Sam. Pada 2017 Sophia memperoleh kewarganegaraan dari Arab Saudi dan menjadi robot pertama yang mendapatkan kewarganegaraan selayaknya manusia.
Kecerdasan buatan (AI) yang paling canggih pada masa ini adalah Deep Learning, yakni kemampuan komputer untuk memproses data yang terinspirasi dari cara kerja jaringan otak manusia. Seperti yang kita tahu, otak manusia memiliki jutaan neuron yang saling berhubungan untuk memproses suatu informasi. Begitupun dengan neural networks, jaringan buatan ini mampu menganalisis pola yang kompleks dalam berbagai format sehingga mampu menghasilkan prediksi yang akurat.
Di awal tahun 2023 ini kita dibuat takjub dengan penemuan Chat GPT atau (Generative Pre-training Transformer). Teknologi ini diluncurkan pada November 2022 lalu, dikembangkan oleh OpenAI yang bertempat di Ohio, Amerika Serikat . Chat GPT merupakan kecerdasan buatan yang mampu berinteraksi dengan manusia bahkan memberikan jawaban yang relevan dalam bentuk teks. Ia mampu memberikan rekomendasi, menerjemahkan, menulis esai, puisi, dongeng, bahkan mengerjakan tugas pelajar hingga mahasiswa. Sayangnya kelebihan penemuan yang super canggih ini sering disalahgunakan oleh oknum-oknum yang kurang bijak.
Penemuan mutakhir yang ditemukan manusia pada abad ini menuai hal positif dan hal negatif yang mana dampak itu tergantung oleh sikap manusia itu sendiri. Memang benar AI diciptakan untuk memudahkan produktivitas manusia, namun bukan berarti membuat manusia malas berpikir. Kini banyak kita temukan pelajar yang menyalahgunakan AI untuk mengerjakan tugas sekolah, kecurangan mahasiswa untuk menulis karya ilmiah, peretasan, bahkan pelanggaran privasi.
Sebenarnya banyak hal positif yang dapat kita ambil dari AI apabila pemanfaatannya dilakukan secara bijak. Salah satu contohnya dengan mengimplementasikan teknologi artificial intelligence di lingkungan pendidikan. Kegiatan ini dilakukan oleh Telkom University dalam rangka diskusi dan kunjungan Microsoft pada April 2023 lalu. Mereka berfokus pada pemanfaatan AI untuk menunjang produktivitas civitas akademika mahasiswa Tel-U dalam kegiatan pembelajaran dan penelitian. Selain itu mereka akan mengeksplorasi pembaharuan teknologi berbasis AI demi meningkatkan pendidikan di masa depan.