Lihat ke Halaman Asli

Fidel Dapati Giawa

TERVERIFIKASI

Advokat

Brigadir Polisi Suwito

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dia adalah seorang anggota polisi lalulintas yang bertugas di ruas jalan Gatot Subroto, Bandung. Saya telah melihat dia di ruas jalan itu sejak 14 tahun yang lalu. Saat itu ia masih berpangkat Brigadir Polisi. Saya melihat wajah pengabdiannya saat ia mengatur lalulintas yang macet tiap pagi di ujung Jalan Gumuruh yang bermuara ke Gatot Subroto. Kini ia berpangkat Ajun Inspektur Polisi Satu.

Brigadir Polisi Suwito adalah sosok pengabdi. Dengan tugas yang menetetap di satu ruas jalan, dia pasti mengenali karakter lalulintas ruas jalan yang menjadi tanggungjawabnya. Ia tahu kapan kepadatan kendaraan menghambur. Ia juga tahu kapan suasana darurat menghantui ruas jalan tempat ia bertugas. Sebagaimana Mbah Maridjan (alm), Sang Juru Kunci Merapi begitu akrab dengan letusan Gunung Merapi, begitu pula Brigadir Polisi Suwito tak pernah menunjukkan wajah kesal pada pelalulintas yang seringkali ga tahu aturan. Paling-paling ia hanya melemparkan pandangan mengikuti arah laju sang pengendara yang tak sopan itu,  sembari terus mengayunkan tangan mengatur lalu lintas. Ia seperti sudah memaklumi perilaku para pelintas nakal itu.

Saya melihat sosoknya bagai kuncen Gunung Merapi. Salah satu perbedaan adalah bahwa Brigadir Polisi Suwito sebagai anggota Polri, tentu saja mendapat gaji dan tunjangan. Statusnya jelas, jenis pekerjaannya ada dalam data statistik. Sedangkan Juru Kunci Merapi adalah pengabdian sakral pada alam maupun kesultanan (Yogyakarta Hadiningrat) yang nyaris tanpa pamrih. Tentu ada kegiatan rutin seornag Kuncen Merapi. Dari segi rutinitas tugas, apa yang dilakukan seorang kuncen tentu bisa dikata sebagai profesi. Tetapi dari segi sumber penghasilan, tentulah Kuncen tak bisa dipandang sebagai profesi.

Dalam hal mengemban tugas dan pengabdian, saya melihat kesamaan antara keduanya. Kalau saja tidak dianggap melecehkan, saya ingin menyebut Brigadi Polisi Suwito sebagai Kuncen alias Juru Kunci Turangga-Gumuruh (dua ruas jalan yang bermuara ke Jl. Gatot Subroto) yang menjadi wilayah tugas Brigadir Polisi Suwito.

Ssementara teman-teman seprofesinya mencari tempat perteduhan saat gerimis di tengah kemacetan, dia malah menggunakan jas hujan putihnya dan terus mengatur lalulintas. Saya juga sering melihat dia aktif mengatur lalulintas di saat panas terik, sementara rekan sejawatnya berteduh di pos mentereng fasilitas yang disediakan oleh sebuah mall di Jl. Gatot Subroto. Tak jarang pula ia menyeberangkan anak-anak sekolah dan orang-orang yang berkerumun di tepi jalan pada pagi hari.

Suwito, bukanlah sosok polisi yang gagah. Postur tak langsing, tapi tak juga cukup untuk dibilang gembrot. Kulitnya berwarna gelap. Wajahnya wajah rakyat kebanyakan. Bahkan seperti wajah petani yang setiap hari membanting tulang di lahan yang tandus. Dari keseluruhan penampilannya, tak terbersit sedikit pun dibenakku bahwa ia adalah sosok polisi yang senang menerima suap. Terlebih saat melihat ia tersenyum ketika harus mengentikan kendaraan untuk memberi jalan pada kendaraan lain agar lalu lintas menjadi lancar.

Minggu lalu, saya tidak hanya melihat Suwito tersenyum menghentikan kendaraan. Bahkan ia meminta maaf pada para pengemudi yang terpaksa ia hentikan untuk memberi jalan pada sebuah truk yang terpaksa memutar balik. Truk pengangkut bahan bangunan untuk proyek hotel di komplek Bandung Super Mall (BSM) itu melaju dari arah timur. Untuk masuk ke arena proyek, truk itu mesti berbalik arah. Untuk memberi kesempatan berbalik arah, maka truk itu musti mengambil jalur kiri sebelum kemudian memutar berbalik arah dengan belokan tajam ke kanan. Kendaraan dibelakang truk harus berhenti, Suwito lah yang melakukan tugas ini dengan senyum dan memohon maaf kepada para pengemudi yang terpaksa ia bikin berhenti.

Alangkah hebatnya Suwito ini. Beruntung sekalilah kepolisian punya anggota seperti Suwito. Ah... senadainya lebih banyak lagi polisi yang seperti Suwito. Lebih beruntung lagi rakyat, yang bisa mendapatkan pelayanan dari seorang polisi Suwito. Seandainya saya punya kesempatan bertanya padanya kenapa ia jadi polisi, saya ingin agar ia menjawab: "karena saya pengen kerja". Saya lebih senang mendengar kalimat jujur dari pada kalimat klise para petugas yang sering bilang: "ingin mengabdi pada nusa dan bangsa".

Hanya saat melihat Suwito saya merasa bahwa bangsa dan negeri ini memerlukan polisi. Selebihnya, saya cuma geleng-geleng kepala.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline