Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kesehatan yang signifikan, terutama yang dialami oleh anak-anak sekolah. Kesehatan anak-anak merupakan fondasi penting bagi masa depan bangsa, karena generasi muda yang sehat dan berdaya saing akan berkontribusi pada kemajuan ekonomi dan sosial negara. Namun, situasi kesehatan anak di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dengan berbagai tantangan yang menghambat perkembangan mereka.
Salah satu permasalahan yang dihadapi pada saat ini yaitu Stunting. Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Menurut laporan Studi Status Gizi Indonesia Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 27,7% pada tahun 2019, 24,4% pada tahun 2021, menjadi 21,6% pada tahun 2022 dengan mayoritas terjadi pada anak usia 3-4 tahun sebanyak 6%. Namun angka ini masih belum sesuai dengan standar WHO yang menargetkan kurang dari 20%. (Rokom, 2023). Berdasarkan laporan tersebut diketahui bahwa masih tingginya angka stunting di Indonesia.
Dalam konteks ini, program makan siang gratis yang diinisiasi oleh Prabowo dan Gibran menjadi sorotan penting. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan memberikan asupan gizi yang dibutuhkan, tetapi juga sebagai langkah awal dalam memerangi stunting secara efektif. Badan Pangan PBB UN World Food Programme (WFP) membuat laporan, bagi anak-anak dari keluarga miskin, makan siang di sekolah adalah satu-satunya makanan bernutrisi penuh yang bisa disantap mereka setiap harinya. Maka dari itu, program makan gratis di sekolah adalah investasi terbaik yang bisa dilakukan Pemerintah.
Program makan gratis ini ternyata sejalan dengan Teori humanistik hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang mengemukakan bahwa manusia harus memenuhi kebutuhan fisiologis seperti makan dan minum sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis berhubungan langsung dengan kebutuhan fisiologis yang mempengaruhi fokus siswa dalam proses pembelajaran. Menghubungkan stunting dengan teori humanistik Maslow menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, terutama dalam hal gizi, sangat penting untuk mendukung pendidikan dan perkembangan anak. Program makan siang gratis merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa anak-anak memiliki fondasi yang kuat untuk belajar dan berkembang. Dengan memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.
Program makan gratis ini layak mendapatkan dukungan luas karena manfaatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat. Tujuan dari program ini tidak hanya membantu anak-anak, tetapi juga memberikan dampak positif bagi berbagai pihak, mulai dari penjual sayur, ikan, dan ayam, hingga pabrik susu yang mengalami peningkatan pesanan dari negara. Selain itu, usaha catering dan ojek online juga mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi dalam menyediakan dan mengantarkan makanan sehat untuk sekolah. Dengan demikian, program ini jelas memberikan manfaat yang lebih luas dan berkelanjutan bagi perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat.
Namun tentu saja program makan bergizi gratis ini tidak bisa secara instan langsung diadakan, semua harus diperhitungkan direncanakan baru dilaksanakan."Sejauh ini uji coba telah dilakukan di 12 sekolah dengan total 10.448 paket makanan. Nanti akan kami teruskan," kata Teguh, Jumat (25/10). Uji coba yang telah dilakukan menunjukkan potensi yang besar, tetapi dukungan dan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, diperlukan untuk memastikan pelaksanaan yang efektif dan berkelanjutan.
Jadi program makan siang bergizi gratis merupakan langkah strategis penting untuk memerangi stunting dengan berkontribusi pada kesehatan fisik anak serta menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran menjadi lebih fokus dan memberikan dampak positif bagi berbagai pihak. Dukungan luas terhadap inisiatif ini sangat dibutuhkan untuk memastikan keberhasilannya dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H