November 2022 lalu disambut meriah oleh para penggemar K-Pop terutama NCTZen, sebutan bagi penggemar NCT 127. Tepatnya 4 dan 5 November lalu, grup asal Korea Selatan itu menggelar konser keduanya di Indonesia. Ketika hari yang ditunggu-tunggu tiba, tak hanya ribuan penggemar dari Indonesia, penggemar dari luar negeri pun rela terbang ke Indonesia demi menonton idolanya tampil di tanah air. Namun, tak selalu berjalan lancar, konser di hari pertama terpaksa diberhentikan lebih awal karena kerusuhan yang disebabkan oleh sekelompok penggemar demi mendapat perhatian idola.
Barikade yang roboh, puluhan penggemar yang jatuh pingsan menjadi saksi ke-'haus'-an penggemar terhadap idolanya. 'Mbak-mbak topi subak', julukan yang diberikan netizen kepada salah seorang penggemar yang tertangkap kamera melakukan dorong-dorongan hingga barikade roboh dan seujmlah penonton di depannya berjatuhan. Bahkan ia pun tak lagi peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Tujuannya adalah mendapat perhatian idola, atau biasa disebut "di-notice", Segala cara ia lakukan mulai dari berpakaian dengan unik, membawa tulisan/gambar unik, bersikap heboh demi menonjol di mata sang idola.
Tak hanya di konser seperti ini, bahkan ketika idolanya mengunggah sesuatu di media sosial, sontak para penggemar akan heboh. Berbeda dengan artis-artis lain yang disambut dengan apresiasi secukupnya, grup K-Pop kerap kali dipuja-puja secara amat sangat oleh penggemarnya. Hubungan antara penggemar dan idola lah yang membawa perilaku 'haus' penggemar terhadap idolanya. Industri K-Pop membangun hubungan antara penggemar dan idolanya seolah mereka memiliki kedekatan secara batin yang sangat kuat. Hal ini terlihat dari konten-konten yang diberikan oleh idola K-Pop.
Agensi membentuk idolanya secara karakter dan penampilannya, sehingga saat tampil di hadapan penggemar mereka sudah mengatur apa yang ingin ia sampaikan hingga respon apa yang akan diterimanya (Schramm & Hartman, 2008). Melewati training yang tidak singkat, artis K-Pop harus siap menyerahkan dirinya pada penggemar. Di sinilah uniknya industri K-Pop, ia terlihat seakan membuka dan menyerahkan artisnya pada penggemar padahal justru melakukan yang sebaliknya. Artis K-Pop dibentuk menjadi seseorang yang diidam-idamkan banyak orang, agensi menyiapkan konsep grup secara detail hingga menentukan karakter yang akan diciptakan oleh para anggota. Karakter itulah yang seringkali dianggap oleh penggemar sebagai jati diri idolanya, padahal sebenarnya karakter asli dari anggota bisa jadi jauh berbeda dari yang terlihat. Karakter asli idola disembunyikan rapat-rapat sebagai privasi di balik karakter yang telah ditentukan. Hal ini jamak disajikan dalam konten-konten yang mereka tayangkan, menampilkan sisi keren, ceria, komedi, ramah, dan lainnya dari para idola. Berbagai kegiatan dan permainan juga dilakukan dengan seru dan terbuka oleh idola.
Konsep di atas memberikan kesan komunikasi dua arah antara idola dan penggemar. Interaksi antara idola dan penggemar yang terbuka seolah bisa ikut merasakan perasaan satu sama lain, merasa banyak mengenali satu sama lain, hingga pengakuan menjalin hubungan spesial pun turut menjadi unsur pembangun kemistri ini (Cohen 2014). Kemistri semu ini sejalan dengan teori interaksi parasosial yang dikemukan oleh Horton dan Wohl yang mana komunikasi yang dilakukan oleh idol K-Pop kepada penggemar dibentuk seintim dan sepersonal mungkin seolah membentuk kemistri yang tinggi antar keduanya (Hartmann & Goldhoorn, 2011).
Keterbukaan seperti ini membentuk kemistri yang kuat antara penggemar dan idola. Betapa penggemar merasa jatuh cinta pada idolanya dalam konten-konten tersebut. Pun idola yang kerap kali menerima sepenuh hati cinta dari penggemar. Tak jarang artis K-Pop mengamini anggapan-anggapan penggemar yang mengaku sebagai kekasihnya. Memberikan kata-kata manis layaknya kepada orang terdekat. Perilaku-perilaku yang tak semua orang dapatkan dari orang sekitarnya kerap kali didapat dari idola K-Pop. Membuat penggemar selalu merasa excited terhadap idola. Bahkan sekecil apa pun tingkah yang dilakukan idola bisa mengundang respon yang luar biasa histeris bagi para penggemar.
Belakangan, penggemar Indonesia kerap mendapat perhatian lebih dari idola K-Pop, mulai dari video cover oleh penggemar, idola yang menyanyikan lagu musisi tanah air, hingga kelakuan-kelakuan unik penggemar di konser. Ini membuat penggemar di Indonesia kian berharap dirinya bisa di-notice oleh idola. Dan konser menjadi salah satu ajang berburu perhatian dari idola secara langsung.
Meski Ke-'haus'-an penggemar terhadap para idolanya di konser NCT 127 berujung pada hal yang tidak diinginkan bahkan berimbas pada penggemar lain, hal ini memang tak selalu berdampak buruk. Tak jarang penggemar justru termotivasi dan merasa diterima karena idolanya. Untuk kedepannya, penuh harapan bahwa penggemar dapat dengan sewajarnya memandang idola dan tidak bertindak egois demi mendapat perhatian idola. Pun idola K-Pop dapat terus menyebarkan energi postif kepada penggemar dalam banyak aspek kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H