Pandemi dan jadwal yang padat merupakan dua hal yang membuat saya batal ke Danau Toba pada tahun lalu. Saya merasa sangat kecewa. Padahal saya sudah sampai di Medan dan menyusun rencana perjalanan agar kami bisa menjangkau Danau Toba dengan lancar.
Bagi saya, Danau Toba sangat memesona. Ada rasa takjub pada sejarah Danau Toba dalam memengaruhi iklim bumi ketika berproses membentuk kaldera raksasa. Belum lagi daya tarik berupa bentang alam yang menawan, hutan yang asri, dan kearifan lokal masyarakat yang bernilai tinggi. Bangga sekali mendapati fakta bahwa danau yang berpengaruh bagi dunia di masa lalu dan masa kini ada di Indonesia.
Rasa penasaran menjadi motor semangat bagi niat saya untuk mengunjungi Danau Toba. Kali ini saya sudah memiliki gambaran lebih terang tentang apa saja yang akan saya eksplorasi di kawasan Danau Toba. Saya memiliki ketertarikan pada wisata alam yang ramah lingkungan. Kebetulan, tahun ini saya bergabung dalam kumpulan bernama Eco Blogger Squad yang membuat saya lebih rutin menulis artikel kepariwisataan yang berkaitan dengan lingkungan.
Satu hal yang saya tahu, Danau Toba atau Kaldera Toba telah resmi menjadi UNESCO Global Geoparks pada bulan Juli 2020 lalu. Saya yakin, predikat ini menambah gelora pada pemerintah, penduduk lokal, hingga wisatawan untuk menjelajahi Danau Toba sesuai dengan karakternya yang memiliki warisan berharga. Warisan yang tidak hanya bermakna untuk penduduk Indonesia, tetapi juga untuk mancanegara.
Batal ke Danau Toba
Bulan Oktober tahun 2020 tahun lalu, saya mengikuti agenda suami ke Medan. Kami di Medan hanya tiga hari. Saya pun segera melakukan riset kecil untuk merencanakan perjalanan ke Danau Toba.
Waktu yang terbatas membuat saya hanya mampu merencanakan kunjungan ke Parapat. Parapat itu seperti pintu masuk ke Danau Toba dari arah Medan. Di Parapat juga terdapat sejumlah area wisata yang indah. Sebut saja Pantai Pasir Putih Parapat, Pantai Bebas Parapat, Pantai Indah Permai Parapat, dan Rumah Pengasingan Soekarno di Parapat. Lumayan, bisa mengintip Danau Toba dari tepian.
Rencana saya sudah delapan puluh persen matang. Saya juga sudah mengontak persewaan mobil yang dapat mengantarkan kami pulang pergi Medan-Parapat.
Sayangnya, agenda ke Parapat gagal menjelma menjadi nyata. Saya merelakan dengan berat hati. Saya berkata ke suami, suatu saat kami harus kembali ke Sumatera Utara. Khusus untuk mengunjungi Danau Toba.
Saya makin tertarik dengan Danau Toba sejak Destination Super Priority (DSP Toba) ini resmi menjadi salah satu dari 16 UNESCO Global Geopark terbaru. Menurut saya, predikat baru yang dimiliki Danau Toba ini dapat menjadi peluang untuk mengembangkan ekowisata di sana. Danau Toba juga dapat menjadi pelopor bagi pengembangan potensi wisata alam lainnya di Indonesia yang memiliki warisan berharga, layaknya warisan Danau Toba.