Lihat ke Halaman Asli

Bara dalam Sekam Politik Malaysia

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1310459607755147951

[caption id="attachment_122221" align="aligncenter" width="640" caption="Polisi berhadapan dengan massa demonstran di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (9/7/2011)/Admin (KOMPAS.com/AFP)"][/caption]

Oleh: Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc*

Demonstrasi besar-besaran kelompok BERSIH 2.0 pada hari Sabtu, 9 Juli 2011 di Kuala Lumpur dan di beberapa kota-kota lainnya di dunia cukup mencengangkan dunia. Aksi BERSIH ini merupakan demonstrasi terbesar sejak terakhir kali diadakan BERSIH 1.0 pada tahun 2007. Kedua aksi BERSIH ini memiliki kesamaan isu dan juga momentum. BERSIH 1.0 dilakukan menjelang pemilu 2008 dan BERSIH 2.0 ini dilakukan menjelang pemilu yang diprediksi akan dilakukan akhir tahun 2011 atu tahun 2012.

Sikap keras polisi terhadap aksi ini dapat dipahami dari kacamata kepentingan negara, terutamanya dari aspek sosial dan juga ekonomi negara. Demonstrasi menjadi barang yang sangat tabu dilakukan di Malaysia karena potensinya yang dikhawatirkan dapat memicu kerusuhan etnis. Demonstrasi juga bisa merusakkan citra Malaysia sebagai negara yang tertib dan stabil serta mengancam sektor pariwisata negara jiran tersebut yang mampu menyedot 21 juta turis setiap tahunnya.

Sikap keras polisi juga dipengaruhi oleh turun gunungnya hampir seluruh pimpinan kelompok oposisi di Malaysia yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim. Maka penangkapan terhadap beberapa pimpinan oposisi menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Aksi ini juga dipandang sebagai tentangan terbuka terhadap pemerintah.

Faktor-Faktor Pemicu

Kemudian muncul pertanyaan, kenapa negeri jiran yang selama ini terkesan tenang, tiba-tiba mengalami demonstyrasi besar-besaran yang mengarah kepada krisis politik? Untuk memahami hal ini, setidaknya perlu dibaca dari tiga faktor pemicu.

Pertama, faktor gejolak sosial-keagamaan. Sejak Pemilu terakhir pada tahun 2008, situasi politik mempengaruhi relasi sosial-keagamaan di Malaysia. Muncul beberapa kasus-kasus yang mengancam kohesi social-keagamaan antara etnis Melayu, China dan India serta hubungan antara Islam dan non-muslim.

Semakin banyak terjadi insiden yang muncul dan menimbulkan ketegangan antar-etnis. Muncul juga gugatan-gugatan terhadap eksklusivitas Melayu dan Islam sebagai sendi negara. Karena itu, Melayu dan Islam, sebagai pihak mayoritas tipis dengan 60 persen populasi, kini semakin sensitif. Isu sosial keagamaan terakhir yang sempat menarik perhatian internasional adalah mengenai polemik penggunaan kata “Allah” bagi non-muslim di Malaysia tahun 2010 lalu. Insiden ini disertai dengan perusakan dan pembakaran beberapa buah gereja di Malaysia.

Kedua, faktor politik. Pemilu 2008 menjadi sebab utama berubahnya peta politik Malaysia sampai saat ini. Konstelasi politik di Malaysia saat ini juga rentan dikarenakan tidak tercapainya kekuasaaan mayoritas mutlak. Selain gagal menguasai 2/3 kursi parlemen, Barisan Nasional juga kehilangan 4 negara bagian (Selangor, Pulau Pinang, Kelantan dan Kedah) yang dikuasai oleh pihak oposisi.

Begitu juga dalam konteks tarik menarik dukungan melalui sentimen etnis dan keagamaan, yaitu Melayu dan Islam serta etnis non-Melayu dan non-muslim. Pola perebutan pengaruh itu mendominasi pentas politik di negara ini.

Barisan Nasional dengan tulang punggung UMNO (Partai Melayu) menggagas konsep persatuan etnis "Satu Malaysia" dan cenderung memperkuat posisinya sebagai pembela Melayu dan Islam. Sedangkan kekuatan oposisi, melalui Pakatan Rakyat dengan tokoh Anwar Ibrahim, Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Islam se-Malaysia (PAS), dan Partai Aksi Demokratik (DAP) yang mewakili etnis Tionghoa selalu memainkan isu keberpihakan kepada etnis minoritas non-Melayu.

Faktor Anwar Ibrahim

Ketiga, faktor Anwar Ibrahim. Tidak dapat dipungkiri jika faktor Anwar Ibrahim memainkan peran yang sangat penting dalam krisis politik di Malaysia. Anwar merupakan fenomena, baik bagi pihak pemerintah (Barisan Nasional) maupun pihak oposisi (Pakatan Rakyat).

Anwar merupakan mantan tokoh sentral dalam Barisan Nasional dengan posisinya sebagai mantan Wakil Perdana Menteri pada era Mahathir Mohamad. Pada sisi lain, Anwar merupakan tokoh yang mampu menggabungkan PKR, PAS dan DAP sebagai kekuatan oposisi besar di Malaysia. Sejak Anwar kembali dalam politik Malaysia pada tahun 2008, situasi politik Malaysia berubah menjadi sangat dinamis.

Faktor Anwar ini sangat nyata terlihat dalam aksi BERSIH 2.0 tersebut. Sejak 2009, Anwar menjadi aktor sentral dalam politik Malaysia yang terus menerus terlibat dengan berbagai insiden, kasus dan kontroversi. Bermula dengan tuduhan kasus sodomi jilid dua yang menimpa Anwar di mana ia dituduh menyodomi mantan staf pribadinya, Saiful Bukhari Azlan.

Ketika proses peradilan kasus sodomi ini masih berlangsung, Anwar kembali mendapatkantekanan politik ketika ia bersama beberapa anggota parlemen lainnya mendapatkan sanksi skorsing untuk menghadiri sidang-sidang di parlemen karena dianggap membuka dokumen rahasia negara. Terakhir, Anwar dituduhkan terlibat dalam kasus video porno.

Melalui aksi BERSIH 2.0 ini, Anwar dianggap ingin mengulang “tsunami politik” yang berhasil menekan Barisan Nasional padapemilu tahun 2008 lalu. Muncul juga dugaan bahwa aksi BERSIH 2.0 ini merupakan tindakan provokasi pihak Anwar dan oposisi yang dibekingi oleh Amerika Serikat untuk menciptakan gelombang reformasi politik seperti di negara-negara Arab.

Oleh karena itu, dalam membaca krisis politik di Malaysia ini setidaknya muncul dua kesimpulan. Pertama, jika terlibat secara langsung, maka ini merupakan serangan balik Anwar dan oposisi terhadap pemerintah atas berbagai tekanan politik terhadapnya dalam dua tahun terakhir. Kedua, Kalaupun tidak terlibat langsung, maka Anwar sangat diuntungkan terhadap peristiwa ini.

*) Alumnus Program Master of  Strategic and Security Analysis  The National University of  Malaysia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline