Lihat ke Halaman Asli

Nabilatun Niswah

Mahasiswi UIN SMDD Bukittinggi

Melodi Akulturasi: Budaya Suku Minang dan Mandailing dalam Keseharian Masyarakat Base Camp Jorong VI Koto Selatan Nagari Kinali

Diperbarui: 25 November 2023   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari semenjak manusia menghuni dunia ini sampai pada masa revolusi industri, pola pikir manusia akan terus berkembang dalam metode pemikirannya guna dalam proses pengembangan hidup mereka. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari suatu kemajuan yang terjadi ataupun pengaruh dari zaman itu sendiri. Menurut pendapat warga sekitar, mereka mengatakan"Nama Base Camp tempat tinggal kita sekarang ini, dulu adalah suatu perkumpulan orang Filipina yang membuat jalan raya dan nama Camp sendiri merupakan perkumpulan alat-alat berat yang dipergunakan untuk mengoperasikan jalan, proses pengerjaan jalan tersebut sekitar tahun 80-an. 

Disana juga terdapat suatu Bina Marga yang dimana itu merupakan perumahan para bos atau pengusaha jalan dan lokasinya sekitar 100 m dari Camp itu." Dari situ kita dapat membuktikan bahwa suatu perubahan yang terjadi pada masa lalu akan menjadi sejarah baru di masa sekarang.

Di wilayah Base Camp dengan kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat. Disana terdapat dua suku masyarakat yang berbeda yaitu Minang dan Mandailing. Masyarakat disana kebanyakan para pendatang dari luar Pasaman. Hal ini menimbulkan suatu proses interaksi sosial yang tinggi dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, mereka juga memiliki budaya yang berbeda pula.

Masyarakat Minang asli merupakan keturunan orang Minang dan bahasannya
pun juga bahasa Minang. Sedangkan masyarakat Mandailing dia merupakan
pendatang dari batak ataupun campuran.
Menurut pendapat Silfia hanani dalam sejarah perkembangan pemikiran
ilmiah dalam peradaban manusia. Auguste Comte menjelaskan ini dalam hukum tiga tahap yaitu tahap teologis, tahap metafisis dan tahap positifis. Pertama, Tahap pemikiran teologis merupakan tahap pertama bagi manusia dimana
kerangka pikirnya menerima kepercayaan begitu adanya. Pada tahap ini manusia
belum mampu berpikir secara kognitif (optimal) atau dapat dikatakan sebagai
tahap berpikir paling rendah.
Namun hal itu, tidak berlaku di wilayah Base Camp karena masyarakat
disana mempercayai Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja dalam proses peribadatan mereka itu, masyarakat Mandailing saja yang lebih menonjol. Pada siklus penetapan awal puasa bulan Ramadhan, masyarakat Mandailing lebih dulu satu hari berpuasa dari pada masyarakat Minang karena mereka mengikuti
aturan niniak mamak  dan niniak mamak mengikuti aturan Muhammadiyah. Kedua,
tahap metafisis merupakan tahap perkembangan dimana pemikiran sudah membongkar realitas dengan menghubungkan kausalitas. Dalam hal ini, juga dialami pada masyarakat Mandailing. Dimana mereka juga mengikuti tradisi budaya masyarakat Minang, yaitu ma apam atau ma lamang yang biasa dilakukan saat menjelang puasa Ramadhan. Dan ketiga, tahap positifis merupakan perkembangan pemikiran yang disertai dengan kerja-kerja ilmiah. Dimana manusia telah mengoptimalkan akal pikirannya untuk kepentingan dalam menghasilkan ilmu pengetahuan dengan adanya kemajuan teknologi maka hasillah kebudayaan.
Sering berjalannya waktu, akulturasi yang ada pada masyarakat Minang dan Mandailing sekarang mereka sama-sama maju dalam hal peribadatan, ilmu
pengetahuan dan tradisi. Perbedaan yang ada pada setiap kalangan manusia
tidak membuat mereka berselisih pendapat, mereka saling menghargai dan juga menerima segala ketetapan yang telah mereka sepakati bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline