Idul Adha adalah hari raya umat Islam selain Idul Fitri. Hari Raya Idul Adha memperingati peristiwa kurban, yakni saat Nabi Ibrahim mengorbankan putranya Isma'il sebagai wujud kepatuhan terhadap perintah Allah SWT. Sebelum Ibrahim mengorbankan Isma'il, Allah SWT mengganti Isma'il dengan seekor domba yang putih bersih.
Untuk memperingati peristiwa tersebut, umat Islam menyelenggarakan penyembelihan hewan ternak setiap tahunnya pada tanggal 10 bulan Zulhijah.
Di Indonesia, hewan yang biasanya digunakan untuk berkurban berupa sapi, kerbau, atau kambing. Penyembelihan hewan kurban dilaksanakan setelah salat Id berjamaah. Sepertiga daging hewan dikonsumsi oleh keluarga yang berkurban, dan sisanya dibagikan atau disedekahkan kepada orang lain.
Di beberapa daerah di Indonesia, perayaan Hari Raya Idul Adha tidak hanya sekadar penyembelihan hewan ternak saja, melainkan ada beragam tradisi unik yang penuh makna. Yuk, simak penjelasan mengenai tradisi Idul Adha di berbagai daerah di Indonesia!
1. Grebeg Gunungan di Yogyakarta
Grebeg Gunungan dilaksanakan masyarakat Yogyakarta dengan mengarak tiga buah gunungan hasil bumi berupa rangkaian sayur-sayuran dan buah-buahan. Gunungan dijadikan simbol kemakmuran Keraton Yogyakarta. Arak-arakan ini dimulai dari halaman Keraton sampai ke Masjid Gede Kauman. Masyarakat Yogyakarta percaya apabila berhasil mengambil hasil bumi dan disusun dalam bentuk gunungan akan mendatangkan rezeki. Tradisi ini juga dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang disebut Grebeg Maulud dan memperingati Hari Raya Idul Fitri yang disebut dengan Grebeg Syawal.
2. Apitan di Semarang
Tradisi Apitan mirip dengan tradisi Grebeg Gunungan. Rangkaian tradisi Apitan terdiri dari pembacaan do'a, arak-arakan hasil tani dan hasil ternak, kemudian dilanjutkan dengan perebutan hasil tani dan hasil ternak yang diarak oleh warga setempat. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
3. Gamelan Sekaten di Surakarta dan Keraton Cirebon
Pada zaman dahulu, Gamelan Sekaten digunakan oleh Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam. Tradisi Gamelan Sekaten dilakukan seusai menunaikan ibadah salat Idul Adha. Masyarakat yang menonton pertunjukkan ini berharap diberikan kesehatan dan umur panjang agar bisa menyaksikan pertunjukkan Gamelan Sekaren di tahun-tahun berikutnya.
Di Cirebon, gamelan diselenggarakan pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pertunjukkan ini diadakan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Sedangkan di Surakarta, selain pada dua hari besar umat Islam, gamelan juga diselenggarakan saat perayaan Maulid Nabi SAW. Gamelan Sekaten di Surakarta berlangsung di halaman Masjid Agung Surakarta.
4. Toron di Madura
Umumnya, masyarakat Indonesia pulang kampung saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun, berbeda dengan masyarakat Madura. Toron adalah bahasa Madura yang artinya turun. Dalam hal ini berarti orang Madura yang sedang merantau ke berbagai kota akan pulang ke kampung halamannya untuk bersilaturahmi dan merayakan Idul Adha. Mereka merayakan penyembelihan kurban bersama saudara sekampungnya.
5. Meugang di Aceh
Meugang atau Makmeugang adalah tradisi turun temurun sejak masa kerajaan Aceh. Tradisi ini dilakukan dengan memotong hewan sapi atau kerbau, lalu dibagikan secara gratis dan makan bersama dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, menjelang Idul Fitri, dan menjelang Idul Adha. Biasanya dilakukan 1-2 hari sebelum Hari Raya.