Lihat ke Halaman Asli

Dilanda Hujan Semalaman Petani Meradang

Diperbarui: 12 Januari 2021   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Nabila

Januari adalah bulan dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi. Beberapa daerah di bulan ini sudah mengalami kebanjiran lantaran di landa hujan. Tak terkecuali bagi mereka yang berprofesi sebagai petani. Sawahnya merata nyaris tak terlihat tanaman benih padi yang sudah di tanam beberapa pekan lalu.

"Banjir lagi, banjir lagi!"

Dilanda hujan semalaman petani meradang lantaran bibit benih padi yang di tanam beberapa kali nyaris terendam banjir. 

"Sudah tiga kali saya menanam benih padi dan akhirnya harus menerima dengan ikhlas karena kembali terendam banjir. Modal sudah keluar banyak untuk membeli segala macam perlengkapan seperti pupuk, garam, dan obat semprot untuk benih padi. Tapi mau bagaimana lagi, mata pencaharian saya hanya mengandalkan ladang sawah mau tidak mau saya harus kembali menanam benih padi kembali." Begitulah isi diary Pak Toni yang berprofesi sebagai petani.

Di tahun baru 2021 harga obat dan juga pupuk padi mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini berbanding terbalik dengan harga jual padi yang hanya di tawar Rp.550.000 per kuintalnya sementara harga pupuk padi mencapai Rp.600.000 sampai Rp.900.000 per kuintalnya.

Bagi para petani, padi adalah mata pencaharian utama mereka sekaligus penyambung hidup. Dengan menjadi petani mereka bisa menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi. Bermodalkan cangkul dan bekal makan siang bagi mereka sudah lebih dari cukup sembari melihat lahan persawahan yang terbentang luas. Baginya, lelah akan hilang seketika manakala mata dan hatinya melihat indahnya persawahan.

Indramayu, 12 Januari 2021 |18:30




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline