Lihat ke Halaman Asli

Dasar Tak Berguna!

Diperbarui: 18 Juni 2020   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cewekbanget.grid.id

Bagaimana pendapatmu tentang anak bungsu? 

Kebanyakan orang menganggap anak bungsu sangat erat dengan kemanjaan,  namun berbeda dengan saya.  Saya terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Sebagai anak bungsu bagi saya tidak mungkin untuk berleha-leha bermain HP sepanjang hari,  tidur siang juga jalan-jalan seperti teman-teman yang seusia saya.  

Saat ini usia saya menginjak 21 tahun selisih dua tahun dengan kaka saya. Saya yang memutuskan untuk bekerja sebagai buruh pabrik di salah satu pabrik tekstil yang ada di daerah Jakarta.  Kaka saya yang sangat dimanja oleh ibu menjadikan dia cukup untuk berdiam diri tanpa mencari kerja.  Sementara saya banting tulang sebagai tulang punggung keluarga setelah keluarga kami mengalami broken home. 

Siapa sangka dampak dari broken home itu tidak ada.  Bagi saya,  dampak dari broken home sangatlah nyata.  Apalagi saya menggantikan peran ayah yang tak lagi memberikan nafkah kepada kami.

Pulang kerja hari ini cukup melelahkan. Saya lihat dalam tas ternyata hanya sisa uang 5.000 hanya cukup untuk ongkos pulang,  sementara perut dari siang tak henti-hentinya berbunyi. Sesampainya di rumah ibu juga kaka sudah terlelap tidur.  Saya mendekati dapur dan melihat makanan yang ada di meja makan. 

"Alhamdulillah, " masih ada gorengan tahu satu cukup untuk mengganjal perut. 

Pagi harinya,  saat saya sedang mengikat tali sepatu seperti biasa ibu menyediakan nasi goreng dengan tambahan bawang goreng dan juga garam.  

"Ainun berangkat dulu ya,  bu.  Assalamualaikum, "

"Hati-hati di jalan, Ainun, waalaikumsalam "

Bagi saya ibu adalah segalanya.  Meskipun saya harus banting tulang bekerja sepanjang hari namun saya rela untuk membahagiakannya. 

Pekerjaan hari ini cukup banyak. Hingga seluruh karyawan di minta lembur oleh atasan. Saat para rekan kerja berbondong-bondong ke kantin,  saya hanya berdiam diri di samping kantin memegang botol minum.  Karena uang saya hanya cukup untuk ongkos pulang dan juga berngkat. Sesekali rekan yang tau dengan kondisi keuangan saya memberikan saya makanan sebagai pengganjal perut di waktu siang.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline