Apa salah jika aku menunda?
Terlintas dalam benak "kapan saya seperti itu?" ketika sepasang kekasih melintas di depan rumah mengendarai sepeda motor berboncengan. Segera kulanjutkan untuk menyapu halaman akibat hujan disertai angin kencang membuat dedaunan berjatuhan.
Sebelum fajar menjelang segera kusiapkan seragam juga sepatu kerja. Maklum saja profesiku sebagai karayawati di salah satu perusahaan di kota Medan akibat adanya rotasi sebuah profesi.
Sambil memanaskan kendaraan motor, kulihat facebook sekedar melihat informasi sekilas. Tampak terlihat foto laki-laki mengenakan kemeja kota-kotak berwarna merah. Dia adalah teman kuliahku dulu hanya saja berbeda jurusan.
Tak ada yang berubah setelah perjalanan yang di tempuh selama 15 menit menuju kantor. Menghadap layar komputer dengan printilan kertas sebagai catatan deadline dengan ditemani boneka doraemon sebagai penyemangat, pengingat waktu sekaligus teman curhat dikala beban kerja terasa berat.
Saat jam makan siang tiba, rekan kerja memilih untuk mengajak keluar di salah satu Kafe dekat kantor. Memilih beberapa menu favorit masing-masing. Sedikit terkejut pada saat berjalan menuju tempat yang sudah di pesan seorang laki-laki berkacamata berpapasan. "Febri," ucapnya.
Seketika aku terdiam sembari membawa pesanan yang berisikan menu makanan yang telah di pesan. "Reno? " ucapku dengan sedikit tersipu. Salah satu rekan yang melihat perbincangan segera menyerukan untuk menempati tempat yang telah disediakan.
Laki-laki yang tadi pagi kulihat siang ini berada di sampingku. Ia tumbuh dengan baik hingga postur tubuhnya menjadi berisi. Berbeda sewaktu masih kuliah dulu badannya kurus juga dekil akibat terlalu maksimal dalam mendedikasikan diri di kegiatan kampus.
Beberapa waktu kemudian Reno sering menanyakan kabar tentangku, bercerita tentang masa lalu sewaktu kuliah di kota metropolitan dengan berbagai macam kenangan hingga memutuskan untuk merantau ke kota Medan untuk membuka usaha pertambangan.
Suatu hari Reno mengajakku makan malam di sebuah makanan cepat saji ala Jepang. Dengan rintikan hujan kuberhentikan taksi online dan bergegas hendak masuk ke dalam. "Tunggu, Febri!" sahut Reno dengan membuka jendela mobil.
Saat berjalan berdampingan bersamanya, ia menatap wajahku sembari berbincang. Reno yang sekarang memang sangat berubah, hanya satu yang tak berubah ia adalah orang penyayang dan menghormati orang lain. Ia rela membagikan makanannya untuk orang lain.