Lihat ke Halaman Asli

Dia yang Selalu Kutunggu

Diperbarui: 2 Juni 2020   21:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

idntimes.com

Sepanjang malam sebelum mata ini terpejam. Tak pernah terlewatkan untuk sebuah untaian. Doa yang selalu kupanjatkan. 

Tak ada kata lelah dalam setiap balutan kasih sayang. Dia yang selalu mengajarkan arti kebaikan juga kesabaran dalam hidup juga keiklasan menjalani takdir. 

Seolah hilang terhempas angin sama halnya dengan dia.  Tak ada lagi kabar tentangnya. Hanya ada ingatan tentang kenangan bersamanya. 

Dalam hitungan detik,  menit,  jam,  hari, bulan,  tahun tak hentinya ku berdoa di sepertiga malam. Berharap sang Pencipta kan kabulkan. Tuk segera dipertemukan. 

Tak ada lagi yang namanya mengompol juga tak ada lagi yang namanya membuat pulau dikertas dengan pensil yang masih dipegang. Kini aku telah tumbuh besar. 

Menjadi perempuan yang tangguh penuh dengan cita-cita gemilang. Berharap esok kan menjadi kebaggaan. 

Dia yang selalu ku sebut dalam doa.  Pulang lah, kembali ke rumah.  Tak ada satu orang pun yang membenci bagaimanapun kondisimu. Tidakkah rindu untuk kembali jumpa pada saat berkumpul bersama menikmati jamu. 

Jamu sesekali mengajarkan seberapa pahit jamu itu jikalau sebagai penawar obat maka teruslah minum. Begitu juga kehidupan,  seberapa pahit kehidupan teruslah lalui hingga mencapai sebuah keinhinan. Itulah nasehta dari dia wanita dengan lesum pipi kiri yang kusebut "kakak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline