Heningnya malam membuat kerumunan tak lagi ramai seperti biasanya. Terlihat bulan nan indah dari sedikit jendela yang terbuka.
Kerlap kerlip lampu kamar menjadikan ruangan tampak begitu ramai meski tak seramai suasana hati saat ini. Mencoba menata kembali buku yang telah tergeletak hingga rapih akhirnya. Namun, sampai saat ini, belum juga kutemukan cara untuk menata hati yang yang telah retak agar kembali utuh seperti semula.
Kembali menguntit ponsel hanya ingin pastikan. Pastikan jika tak ada seorang pun yang mampu menggerakkan hati orang lain jikalau bukan Dia sang pencipta. Berharap kepada manusia hanya menorehkan kecewa dan berakhir luka.
Pantaskah jika diri ini masih menunggu, menunggu bintang jatuh hingga mencurahkan doa agak kelak dipersatukan dengannya.
Hanya dengan terpejam kurasakan kehadirannya. Meski saat ku buka mata tak ada lagi sosok mu yang dapat ku peluk. Mencurhkan segala kesedihan juga kegembiraan. Tak ada lagi tempat bersandar yang membuatku nyaman.
Belenggu waktu itulah yang kurasakan. Rindu yang tak tersampaikan akibat sebuah kelalaian. Menangis bukanlah sebuah penyelesaian. Yang ku inginkan dimanakah kamu boneka Elsaku tersayang....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H