Altruisme merupakan sifat yang perlu dikembangkan dalam diri anak, mulai dari bagaimana ia bersosialisasi juga dengan bagaimana anak mengekspos diri. Altruisme sendiri merupakan sikap yang menunjang anak untuk membantu satu sama lain tanpa meminta imbalan ataupun balasan dari apa yang sudah dikorbankan. Hal ini menjadi sisi positif bagi seorang anak dalam mengembangkan pribadinya yang belum terbaca. Kapasitas dalam pencakupan usia anak pada kehidupan saat ini rata-rata menurun, daya tangkap juga peringatan yang diberikan seolah-olah hanya sebagai katup luas yang lewat dan tidak jelas, kadang kala mereka menganggap hal besar menjadi remeh dan mempersoalkan suatu yang kecil tanpa berfikir panjang.
Tidak dapat dipungkiri, belum lagi anak yang memang jarang mendapatkan wejangan dan masukan mengenai beberapa asumsi yang positif pada usia dini, seperti halnya alasan dikarenakan putus sekolah, keadaan keluarga, ekonomi, juga bisa jadi dengan lingkungan hidup yang terlalu keras untuk dicerna oleh anak-anak usia dini. Tidak hanya itu pendidikan pertama yaitu seorang ibu juga bisa menjadi pengaruh besar dalam mengatasi persoalan yang mereka hadapi. Sehingga memutus satu bagian kefitrahan seorang ibu dengan anak sehingga dapat disimpulkan menjadi perusak generasi. Altruisme sendiri memiliki hubungan erat dengan pikolog, sikologi, dan juga filsafat hidup.
Robet Trivers seorang biolog evolusi yang terkenal dengan kin election (seleksi keluarga) mengatakan bahwasanya kecenderungan altruistik dalam keluarga memiliki peran besar dalam peningkatan daya tangkap manusia. Sehingga pendidikan di dalam rumah menjadi peran pembantu dalam peningkatan daya tangkap anak melalui kegiatan sosial kemasyarakatan
Beberapa hal yang dapat menjadi tunjangan dalam manfaat dari Altruisme itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Mendorong adanya sikap empati antar sesama terutama dalam pendidikan dari usia dini, dimulai dengan sukarelawan membantu sesama, seperti membantu menyebrang jalan atau membuang sampah pada tempatnya guna menjaga kebersihan lingkungan.
2. Penggalangan dana dengan suka rela, dimana dengan memberi makanan saat bulan puasa atau mungkin dengan berbagi antar sesama teman di lingkungan sekolah.
3. Membantu dalam pemulihan dan rekonsilisasi dimana merupakan upaya untuk mengembalikan daya tangkap anak yang hilang akibat trauma ataupun emosional yang rusak akibat beberapa masalah yang dialami.
4. Peningkatan nilai sukarelawan dalam membantu sesama serta membudi dayakan nilai positif sopan santun antar beberapa golongan seperti anak-anak, remaja hingga dewasa.
Namun, perlu digaris bawahi bahwasannya ada sisi negatif dari pada sikap Alturisme itu sendiri yaitu sifat puas dan merasa hebat dengan apa yang sudah ia lakukan, dimulai dengan membantu orang lain dalam aspek materi atau dengan pengembangan diri. Pengontrolan serta stabilitas harus tetap dicermati karna tidak semua yang terlihat baik itu selamanya baik, akibatnya suatu saat nanti apabila melebihi dari batas yang seharusnya dilakukan akan membuat manusia memiliki sifat sombong dan juga egois. Maka dari itu seorang ibu harus lebih cermat dan cepat dalam penangkapan perkembangan diri dan karakter buah hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H