Lihat ke Halaman Asli

Mengulik Proses Pembelajaran Sastra pada Tingkat SMA

Diperbarui: 26 Desember 2022   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran tersebut terdapat dua aktivitas yakni proses belajar dan proses mengajar. Yang berarti dimana dalam peristiwa proses pembelajaran itu senantiasa merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi yakni peserta didik sebagai pihak yang belajar dan pendidik sebagai pihak yang mengajar.

Pada kesempatan ini penulis akan berbagi pengalaman mengenai hasil observasi pembelajaran sastra yang penulis lakukan di salah satu sekolah menengah atas (SMA) di daerah semarang. Yaitu di SMA N 10 Semarang. Proses observasi penulis lakukan dengan mewawancari salah satu tenaga pendidik yang mengajar pelajaran bahasa Indonesia. 

Tenaga pendidik tersebut adalah seorang guru pelajaran bahasa Indonesia yang bernama Ibu Maslikah. Beliau merupakan orang asli semarang, beliau berumur 50 tahun, lulusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang 1997. Yang sekarang menjabat sebagai guru aktif di SMA N 10 Semarang. Sedikit mengulik mengenai pengalaman mengajar beliau, pada tahun 1997 Ibu Maslikah S.Pd., menyelesaikan pendidikan S1-nya di IKIP PGRI Semarang beliau langsung beranjak ke dunia kerja dengan menjadi seorang guru Sekolah Dasar selama 4 tahun, kemudian beliau mendapat SK guru bantu di SMA Kartini dan mengajar selama 4 tahun, hingga pada akhirnya beliau mulai mengabdi sebagai seorang guru di SMA N 10 Semarang semenjak tahun 2008 hingga sekarang/seterusnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa beliau saat ini termasuk guru senior di SMA N 10 Semarang.

Pada proses pembelajaran Ibu Maslikah, S.Pd., menggunakan Kurikulu  13 untuk peserta didik di kelas 12 dan menggunakan Kurikulum Merdeka untuk peserta didik kelas 10. Hal tersebut Ibu Maslikah lakukan untuk menyesuaikan SDM siswanya. Mengenai perasaan beliau selama mengajar pembelajaran sastra, beliau merasa senang dan unik ketika mengajarkan sastra, alasanya pasti karena materinya cukup menarik untuk dipelajari bersama-sama, jadi dalam proses pembelajarannya siswa dan guru itu sama-sama belajar. Pada Intinya guru tetap menjelaskan tujuan pembelajaran itu apa, capaian yang ingin didapat itu apa saja, dan kegiatan lanjutan yang ingin dilakukan itu apa saja. 

Sehingga, Ibu Maslikah ini tetap menjadi translator dan motivator untuk menunjang pembelajarannya berjalan dengan efektif. Kemudian mengenai kesulitan beliau ketikamengajar pembelajaran sastra beliau mengatakan tidak ada kesulitan pada dirinya ketika mengajar sastra, tidak ada masalah dan merasa biasa saja seperti mengajar pembelajaran Bahasa. 

Karena menurut beliau, apabila ada kesulitan dalam materi maupun proses pembelajaran maka kembali lagi terhadap bagaimana caranya untuk belajar memahami dan mengatasi kesulitan tersebut. Justru menurut beliau, problematika pembelajarannya berada pada peserta didik itu sendiri bukan pada materi. Tantangan bagaimana semua siswa itu bisa memahami materi dengan baik dikala kemampuan intelegensi dan SDM setiap peserta didik itu berbeda-beda menjadikan guru harus pintar-pintar memilih dan menerapkan strategi pembelajarannya yang tepat.

Ibu Maslikah dalam menggunakan metode dan media baianya menyesuaikan materi dan keadaan kelas. Jadi tidak bisa disamakan antara materi ini dengan materi itu menggunakan metode dan media yang serupa. Contoh metode bilau terapkan pada materi teks drama ialah menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan) dan Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) yang menuntut siswa untuk dapat mengidentifikasi alur, konfliks, penokohan, isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton dengan kritis, Kerjasama, dan komunikatif. Sedangkan untuk media pembelajaran yang beliau gunakan ialah PowerPoint yang ditampilkan melalui LCD Proyektor, akan tetapi juga sering menggunakan video animasi (audio visual). Tak lupa beliau juga sering menyuruh siswanya untuk mencari referensi di surat kabar/koran terkait materi sastra seperti cerita pendek.

Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beliau memiliki tujuan yang dimana peserta didik dapat mendemontrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerpen dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin selama proses pembelajaran, bersikap jujur, percaya diri, serta pantang menyerah. 

Untuk kegiatan pembelajaran pertama peserta didik membaca contoh teks cerpen Juru Masak, kedua peserta didik menjelaskankan bagian struktur dan kebahasaan teks cerpen Juru Masak, ketiga peserta didik menyebutkan struktur isi, kebahasaan teks Juru Masak, keempat  peserta didik membedakan struktur, isi dan kebahasaan teks cerpen Juru Masak, 

kelima melalui diskusi kelompok, peserta didik mendiskusikan struktur teks cerpen Juru Masak, keenam melalui diskusi kelompok, peserta didik mendiskusikan kebahasaan tekas cerpen Juru Masak, ketuju tiap kelompok menentukan pesan yang terkadang dalam teks cerpen (mengasosiasi), kedelapan melalui diskusi kelompok, peserta didik mendiskusikan nilai kehidupan Juru Masak, kesepuluh peserta didik memberi tanggapan baik berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan secara santun, k

esebelas peserta didik menarik simpulan dan merevisi temuannya tentang persamaan dan perbedaan teks cerpen kemudian dipajang di majalah dinding kelas, keduabelas peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari, ketigabelas peserta didik dengan panduan pendidik merefleksi penguasaan materi yang telah dipelajari dengan membuat catatan penguasaan materi,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline