Diabetes Mellitus menjadi salah satu masalah kesehatan jangka panjang pada penderitanya akibat peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi karena tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin. Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan karena kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pancreas (International Diabetes Federation, 2019).
Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan suatu keadaan adanya variasi kadar glukosa darah yang mengalami kenaikan atau penurunan dari rentang normal. Ketidakstabilan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus disebabkan karena adanya disfungsi pancreas, resistensi insulin, gangguan toleransi kadar glukosa darah, terjadinya disfungsi hati, disfungsi ginjal kronik, efek agen farmakologis serta gangguan metabolic seperti gangguan pada penyimpanan glikogen.
Menurut (ADA, 2020) prevalensi penderita Diabetes Mellitus di dunia terdapat sebanyak 5-10% kasus Diabetes Mellitus tipe 1 dan 90-95% kasus Diabetes Mellitus tipe 2. Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) secara global pada tahun 2019 diperkirakan sebanyak 9,3% kasus (463 juta orang), naik menjadi sekitar 10,2%kasus (578 juta orang) pada tahun 2030, dan sebanyak 10,9% (700 juta orang) pada tahun 2045 (International Diabetes Federation, 2019).
Indonesia berada peringkat ke-7 pada tahun 2015 sebagai negara dengan kasus penderita Diabetes Mellitus terbanyak di dunia dan diperkirakan naik peringkat 6 pada tahun 2040 mendatang. Selain itu, kasus penderita Diabetes Mellitus pada perempuan di Indonesia lebih banyak dengan jumlah 1,8% daripada laki- laki dengan jumlah 1,2% dengan penduduk perkotaan yang lebih banyak terkena Diabetes Mellitus sebanyak 1,9% sedangkan pada penduduk pedesaan dengan penderita Diabetes Mellitus lebih rendah sebanyak 1,0% (RISKESDAS,2018).
Provinsi Jawa Timur berada pada urutan kelima provinsi di Indonesia dengan prevalensi kasus Diabetes Mellitus tertinggi sebanyak 2,6% pada tahun 2018 dan meningkat sebesar 2,1% dari tahun 2013. Sedangkan prevalensi Diabetes Mellitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan bahwa baru sekitar 2,5% penderita diabetes mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes (RISKESDAS, 2018).
Beberapa penyebab ketidakstabilan kadar gula darah diantaranya :
1. Hiperglikemia
- Disfungsi pancreas
- Resistensi insulin
- Gangguan toleransi glukosa darah
- Gangguan glukosa darah puasa
2. Hipoglikemia
- Penggunaan insulin atau obat glikemik oral
- Hiperinsulinemia
- Endokrinopati
- Disfungsi hati
- Disfungsi ginjal kronis
- Efek agen farmakologis
- Tindakan pembedahan neoplasma
- Gangguan metabolic bawaan (mis. Gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen).
Selain itu ketidakstabilan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 juga dapat disebabkan oleh :
- Kebutuhan nutrisi yang tidak sesuai jumlah keteraturan diit
- Jadwal makan
- Jenis makanan yang dikonsumsi
- Jumlah kandungan kalori penderita Diabetes Mellitus
- Tidak teraturnya latihan fisik atau aktivitas yang dilakukan oleh penderita Diabetes Mellitus yang dapat membantu menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga dapat memperbaiki kendali glukosa darah
- Kurangnya kepatuhan penderita dalam minum obat secara teratur
- Tidak melakukan pemeriksaan glukosa darah secara rutin sehingga penderita tidak dapat mengontrolnya
- Pengelolaan stress yang tidak adekuat
Tanda dan gejala ketidakstabilan kadar gula darah dapat dibedakan menurut kondisi Diabetes Melitus dengan hiperglikemia dan hipoglikemia diantaranya :
1. Hiperglikemia
Umumnya pada kondisi hiperglikemia ditandai dengan timbulnya keluhan mudah lelah/lesu, adanya peningkatan kadar gula darah, mulut dan bibir terasa kering, rasa haus meningkat.