Lihat ke Halaman Asli

Rifqoh NasywaNabila

Mahasiswi Ilmu Al-Qur:an dan Tafsir/UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Hadits dalam Kacamata Orientalis

Diperbarui: 8 Juni 2022   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hadits merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan utusan Allah SWT. Sebagaimana kita tahu, Nabi
Muhammad SAW memiliki sifat Shiddiq(Benar atau jujur), Amanah(dapat dipercaya), Tabligh(menyampaikan), dan Fathonah(cerdas). Namun demikian, tidak semua orang percaya
lantas membenarkan risalah kenabian yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Banyak diantara orang-orang kafir yang mendustakan beliau disaat beliau masih menyampaikan dakwah Islam di Makkah dan Madinah. Namun tak hanya sampai disitu, upaya pendustaan Rasulullah
ternyata masih berlanjut hingga melewati masa kejayaan Islam.

Orang-orang kafir sengaja
melakukan riset terkait seluk beluk Islam untuk menjatuhkan Islam sendiri. Mereka inilah yang
disebut Orientalis.
Orientalis adalah orang-orang terpelajar yang menjadikan agama Islam dan segala peradabannya sebagai fokus pembelajaran. Kebanyakan, tujuan kaum orientalis mempelajari
seluk beluk Islam adalah untuk menjatuhkan dan memutarbalikkan fakta yang ada di dalamnya
melalui teori-teori dan opini yang mereka buat. Contohnya adalah Snouck Hurgronje, seorang
orientalis berkebangsaan Belanda yang kemudian memanfaatkan ilmu yang dimilikinya tentang Islam untuk mengelabui dan memata-matai rakyat Aceh dengan berpura-pura menjadi ulama' bernama Abdul Ghaffar. Namun, tidak semua orientalis yang mempelajari Islam bermaksud menjatuhkan, beberapa dari mereka juga ada yang bersikap objektif sehingga mata hati mereka terbuka dengan hidayah Agama Islam dan memeluknya, contohnya adalah Maryam Jameela.


Dalam perjalanan keilmuannya, mayoritas orientalis barat seperti Ignaz Goldziher, Regis Blachere, A.J Wincsink, dan yang lainnya mengembangkan banyak opini dengan menjadikan Rasulullah SAW dan Al-Qur'an sebagai sasaran opini miring mereka. Mereka bahkan tidak tanggung-tanggung untuk mempelajari segala sesuatu tentang Rasulullah dan
segala yang berkaitan dengan beliau untuk mencari celah kekeliruan sehingga mereka dapat
membuat teori dan anggapan baru terkaitnya. Sebut saja A. J Wensinck, seorang kelahiran Belanda yang menyusun kamus hadits sesuai dengan urutan dengan tujuan agar hadits
Rasulullah tercampur aduk. Namun alih-alih tujuannya tercapai, kamus karya Wensinck ini justru diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab oleh Fuad Abdul Baqi dengan judul Miftah Kunuz Al-Sunnah dan menjadi rujukan cendekiawan dan pelajar muslim.


Orientalis pertama yang terang-terangan menyatakan keraguannya terhadap hadits
adalah Ignaz Goldziher, seorang Yahudi Hongaria yang lahir pada 22 Juni 1850 di Szekesfehervar. Goldziher mengatakan bahwa hadits bukan merupakan sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, melainkan buatan ulama' pada abad pertama dan kedua hijriah. Goldziher juga menciptakan statement tentang peradaban masyarakat Islam pada abad
pertama. Sebagaimana dikemukaan oleh MM. Azami, pendapat tersebut adalah:


a. Orang-orang Islam di abad pertama berperang dengan baju Islam, tetapi saat di Syam, mereka tidak tahu apa itu sholat lima waktu dan memeriksakan kembali pada shabat
Nabi.
b. Orang-orang Islam pada abad pertama mengira orang yang sedang bersya'ir diatas mimbar sedang membaca Al-Qur'an.
c. Orang-orang Islam abad pertama tidak tahu maksud dari zakat fitrah.
d. Orang Islam di abad pertama tidak tahu cara melaksanakan Shalat yang benar.
e. Adanya bimbingan resmi pemalsuan hadits oleh pemerintah Islam sejak dini.


Pendapat ini dikuatkan oleh Joseph Schot yang menguakkan pendapatnya bahwa hadits merupakan aturan yang dibuat untuk memperkuat satu madzhab guna menentang madzhab
yang lain. Tak hanya sampai disitu, terkaan kaum orientalis terhadap hadits ini juga menciptakan tuduhan terhadap Imam Az-Zuhri, seorang ulama' yang diperintahkan untuk
menghimpun hadits pada masa awal kegemilangan Dinasti Umayyah. Kaum orientalis beranggapan bahwa Az-Zuhri diperalat dan dituntut untuk memenuhi keinginan pemerintah Bani Umayyah, sedang ia tidak bisa menolak akan hal tersebut.
Wallahu A'lam...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline