Jika menjadi mahasiswa itu karena suruhan, mending jangan dulu deh. Apalagi kalau karena sebuah keterpaksaan. Karena waktu selama empat tahun itu tidak bisa dibilang singkat. Masa empat tahun yang sudah lewat itu tidak bisa di ubah apalagi dikembalikan. Jadi jika memang belum minat menjadi mahasiswa, mending jangan buang waktu selama itu. Yaps empat tahun yang bisa dibilang puanjang, bisa juga dirasa sangat cepat – bergantung dari bagaimana menjalaninya.
Aslinya nih, menjadi mahasiswa itu sunnah. Karena yang wajib menurut pemerintah adalah 12 tahun wajib belajar yang berarti SD sampai SMA. Kalau keputusan menjadi mahasiswa bukan dilandasi niat yang lurus mencari ilmu, mending jangan dipaksain dulu deh. Ilmu yang saya maksudkan disini adalah ilmu menambah teman, pengalaman, pelajaran hidup, dan ilmu didalam kelas perkuliahan tentunya.
Jangan mau juga apabila kuliah namun jurusannya itu berdasarkan saran orang lain yang tidak disegani atau karena ikut-ikutan tren yang berlangsung. Orang yang memberikan saran belum tentu sepenuhnya tau tentang diri kita, apa yang kita minati, dan belum tentu juga saran itu yang terbaik. Bisa saja ketika ia memberikan saran masuk fakultas A karena nanti lulusannya akan lebih mudah mencari pekerjaan, bisa jadi orang yang memberikan saran itu dulunya ingin sekali amsuk fakultas A. Orang bijak bilang jika saran adalah percakapan dengan diri sendiri di masa lalu. Lebih baik, cari info saja dulu soal itu. Benarkah demikian? Atau saran itu sebatas keinginan dirinya dimasa lalu? Sedang ikut-ikut tren hanya akan menambah beban diri karena tak semua tren itu sesuai, kan.
Sebaiknya jika sudah memutuskaan masuk kuliah, segeralah memilih program studi yang memang digemari berdasar hobi dan minat. Browse dulu plus minus jurusan itu, profil lulusannya, prospek kedepan seperti apa, peluang karir atau berwirausaha seperti apa, sudah cocokkan kurikulumnya dengan apa yang dinginkan sebagai pribadi, dan lain-lain. Lebih lanjut lagi cari tahu juga soal akreditasi program studi dan kampus. Apakah kampus itu akreditasinya sudah bagus, atau seperti apa. memilih kampus sama halnya dengan memilih jodoh. kudu tahu nilai lebihnya, dan setidaknya nih kita ada keyakinan kalau kampus itu akan menjadikan diri jadi lebih baik lagi.
Apabila sudah masuk kuliah namun rupanya ditengah jalan merasa jalan buntu alias ini bukan keinginan saya, ada dua opsi yang bisa dilakukan. Meneruskan kuliah (meski agak dipaksakan) bisa saja dilakukan. Toh jika sudah kepepet apa saja menjadi mungkin. Terus saja kuliah karena perasaan salah jalan itu bisa menjadi ujian dari Tuhan. Ingatlah jika Tuhan tak akan memblondrokkan (baca:menyesatkan) hamba-Nya. Teruslah belajar mencari sisi terbaik dari salah jalan itu. Mislnya berpikir positif soal teman yang terlanjur seru, sudah terlanjur ikut kegiatan ini itu, atau karena kuliah tinggal setahun lagi. Intinya lanjutkan saja. siapa tahu perasaan salah jalan itu tadi hanya sementara. kawan saya bilang ini namanya jurus percobaan sampai akhir. karena ia mencoba satu semester lagi demi satu semester lagi sampai tahu-tahu lulus, dan ilmu sudah mulus.
Jika tidak begitu, maka opsi putar balik alias berhenti kuliah lalu mengambil studi lain yang lebih diminati bisa juga dicoba. Mungkin opsi ini berlaku pada mahasiswa yang berlebih karena materi bukan soal. Segera keluar, lalu ambil kelas lain yang memang diminati. Sepintas jalan memutar ini kelihatan lebih mudah meski prosesnya mungkin cenderung lebih lama daripada opsi yang pertama tadi. karena harus mengulang dari awal. masa orientasi lagi, kenalan lagi, sosialisasi lagi, dan sebagainya.
Intinya jika sudah menjadi mahasiswa, inilah masa kedewasaan akan bertumbuh. Rasa individualis dan idealisme akan mulai tumbuh beriringan dengan rasa gengsi mahasiswa. Sudah merasa dewasa karena soal berpakaian tak ada aturan lagi (tak perlu setiap hari pakai seragam, hanya diwaktu-waktu tertentu), merasa dewasa karena anak kampus memang terlihat keren. Ikut ini ikut itu, berteman dengan banyak tipe manusia, belajar sosialisasi yang lebih nyata, dan masa eksplor diri.
Jika sudah menjadi mahasiswa, sudah selayaknya juga bisa lebih bertanggung jawab terhadap apapun yang sudah dilakukan. Berlabel mahasiswa ya kudu dewasa sesunguhnya, baik lahir maupun bathin. Baik fisik maupun ide. Seharusnya dengan menjadi mahasiswa tak perlu lagi ada mahasiswa yang asal demo, mahasiswa yang sok senior, apalagi mahasiswa (laki-laki) yang menghamili pacarnya lalu tak mau bertanggung jawab. Atau mahasiswa (perempuan) yang memaksakan tampil modis dengan beragam cara bahkan yang tak anggun sekalipun. Dengan menjadi ayam kampus atau cabe-cabean misalnya.
Sebelum titel S, Amd, atau lainnya yang setara di belakang nama resmi dituliskan, bekali dulu dengan berbagai aktifitas kemahasiswaan yang positif. Tambah pengalaman organisasi yang bermanfaat. Gali bakat diri, tambah wawasan, perluas network. Jalin sillaturrahmi yang baik dengan semua orang, termasuk dosen atau teman yang nyebelin. Karena siapa tahu yang nyebelin itu justru yang membuka jalan. Berilah rasa respek pada siapapun kawan kita dikampus. Jangan melengos apabila ketemu di mall, lalu pagi hari menjadi trending topic di kelas. Kurangi drama-drama percintaan ala korea. Dijamin, jika kegiatan luar kelas seperti itu sudah dilakukan, maka selamat menjadi mahasiswa yang sesungguhnya.
Setidaknya dengan hal-hal itu bisa menyelamatkan diri sendiri apabila dikemudian hari rupanya minat kita tak sesuai dengan titel kita. Salah jurusan apabila memiliki segudang pegalaman dan keahlian, tetap akan bermanfaat bukan? Toh ilmu yang salah jurusan itu pasti akan bermanfaat disuatu masa. Jangan banyak bergantunglah pada selembar kertas yang menuliskan nama kita dengan kredit tertentu.