Lihat ke Halaman Asli

nabila lahay

Mahasiswa

Perspektif Antropologi Kesehatan Mengenai Pengobatan Tradisional 'Kerokan'

Diperbarui: 14 Mei 2023   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia adalah negara terluas di Asia Tenggara dengan luas wilayah daratan sebesar 1,91 juta km² dan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km². Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki 17.000 pulau, dengan begitu banyak pulau yang dimiliki indonesia maka bermacam-macam suku bangsa yang menepatinya menghasilkan beragam kebudayaan pula.

Kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur pokok, yaitu (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem matapencaharian hidup, (6) sistem religi, dan (7) kesenian (Koentjaraningrat,1983:206). 

Sistem pengobatan dapat dimasukkan kedalam unsur sistem pengetahuan suatu bangsa yang dalam perwujudannya dapat dimasukkan ke dalam unsur teknologi. Budaya Jawa memiliki sistem pengetahuan kedokteran yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu yang umum digunakan masyarakat Jawa, yaitu sebelum munculnya teknologi medis modern. Suatu sistem pengobatan disebut sistem pengobatan tradisional. 

Sistem pengobatan tradisional dimasa sekarang ini mendapat banyak perhatian karena sistemnya memang masih ditemukan di masyarakat sebagian besar masih hidup dan berdampingan dengan sistem medis modern. Salah suatu disiplin ilmu yang mempelajari sistem Pengobatan tradisional adalah antropologi kesehatan. Ilmu ini muncul berhunungan dengan pembangunan masyarakat desa dalam sistem kesehatan. 

Salah satu contoh pengobatan tradisional yang sering kita temukan di masyarakat yaitu kerokan. Kerokan merupakan prosedur yang relatif aman. Meski demikian, goresan pada saat kerokan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil di permukaan kulit sehingga menimbulkan memar. Apabila terjadi perdarahan saat kerokan, hal tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit yang menular melalui luka. 

Dari sisi medis, kerokan terbilang aman untuk dilakukan bahkan dapat membawa sejumlah manfaat bagi kesehatan. Salah satunya adalah untuk mengatasi gejala masuk angin. Beberapa praktisi gua sha mengatakan, bahwa kerokan dapat memperkuat sistem imun dan mengurangi inflamasi. Biasanya, kerokan memang dapat meringankan gejala pilek, demam, atau masalah pada paru hingga sembuh lebih cepat.

Pasalnya, kerokan membuat tubuh melepas endorfin, yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari yang bisa memberi efek rasa senang dan nyaman. Itulah sebabnya tubuh Anda merasa lebih enak setelah mendapat kerokan, termasuk jika Anda sedang masuk angin.

Kerokan kapan saja itu diperbolehkan saat merasa tidak nyaman, termasuk di malam hari. Namun jika keluhan disertai demam tinggi, nyeri dada, sesak, lebih baik berkonsultasi langsung dengan seorang dokter. Hindari mengatasi nyeri dada dengan kerokan karena bisa memperburuk kesehatan. Selain itu, hindari melakukan kebiasaan kerokan saat alami nyeri dada karena belum tentu pertanda adanya gangguan pada jantung. Gangguan kesehatan lainnya yang menyebabkan nyeri dada juga tidak dapat diatasi dengan kerokan.

Penulis

Apriliya Thalib

Nabila Febriani Lahay

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline