Lihat ke Halaman Asli

Pukul 2 Malam

Diperbarui: 16 Juni 2016   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terdapatlah seorang pembuat topeng yang terkenal. Ia sangat ahli mengukir senyuman pada semua topeng yang dijualnya. Si pembuat topeng memulai bisnisnya pada satu dekade lalu ketika dimulainya krisis manusia modern. Manusia modern saat ini lebih canggih, lebih kreatif, tapi tidak seutuhnya untuk kebaikan. 

Seiring dengan meroketnya kebaikan, kejahatan akan selalu mengimbanginya. Si pembuat topeng itu sendiri merasakan perubahan dalam masyarakat di sekitarnya, dimana rasa tulus dan kepercayaan perlahan memudar. Manusia modern kehilangan keutuhan sejatinya, itulah yang memberikan ide pada si pembuat topeng, untuk  membuat dan menjual topeng yang memberikan manusia modern, sebuah ilusi tentang kesempurnaan. Menyembunyikan kegelapan mereka, apapun bentuknya, dibalik sebuah topeng yang selalu menyunggingkan senyuman seakan-akan kebahagiaan tidak pernah sirna dalam hidup mereka.

Ironisnya, sekaligus untungnya, semakin modern, semakin berevolusinya manusia, semakin banyak pula pelanggan yang datang memesan topeng padanya. Topeng yang ia ciptakan berfungsi sebagai perisai sekaligus alat untuk menyerang satu sama lain. Topeng yang ia buat mempunyai kemampuan membuat siapapun yang memilikinya terlihat utuh, terlihat bahagia, terlihat sempurna di mata manusia lain. Meskipun kebanyakan mata manusia modern saat ini sudah buram dan nyaris buta. 

Topengnya dirancang sedemikian rupa untuk dapat bekerja dalam segala situasi dan kondisi, juga mempunyai daya tahan yang cukup lama. Rata-rata manusia memakai topengnya ketika mereka keluar rumah. Para topeng bekerja mati-matian menjaga senyum di wajahnya, dan menahan tangis keluar dari bola mata sang pemiliknya. Seiring zaman, topeng-topeng yang dijualnya pun harus semakin tebal dan kuat, karena para topeng seringkali kewalahan menyembunyikan banyak hal dari pemiliknya. 

Gubuk yang dulu ditinggali oleh sang pembuat topeng kini semegah kastil, dengan pagar yang menjulang tinggi di sekelilingnya, menjaga orang lain masuk dan menjaga si topeng agar tidak kabur dari rumahnya. 

Si pembuat topeng itu sendiri mempunyai banyak topeng yang membuatnya terlepas dari masalah apapun. Meskipun begitu, ia hidup sendiri di rumahnya yang megah tersebut. Lagi pula pada zaman modern seperti sekarang, manusia tanpa topeng jarang terlihat, dan sebagai pembuat topeng, ia sangat memahami kegelapan yang menyelimuti manusia modern saat ini. Ia memilih untuk percaya hanya pada dirinya sendiri. 

Sepanjang hari, si pembuat topeng sibuk melayani kliennya, lalu setelah senja hadir, ia mulai mengukir wajah-wajah indah pada topeng-topeng yang akan dijualnya. Ia bekerja setiap hari sampai pada pukul 2 malam, karena pada pukul 2 malam adalah waktu untuk beristirahatnya para topeng. Topeng-topeng itu biasanya langsung berbaring lemah. Melunturkan senyum yang berkilat di wajanya dan mulai memejamkan mata dengan cepat, karena esok pagi, mereka harus bekerja keras lagi, melayani para pemiliknya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline