Artikel ini akan membahas Kebudayaan wayang golek yang ditemukan di Museum Sri Baduga. Awal munculnya kesenian wayang golek pada abad ke -17 di pesisir utara pulau jawa. Dimana saat itu Sunan kudus sedang mencari satu daerah untuk dijadikan tempat penyebaran agama islam yaitu di cirebon. Pada masa kekuasaan kesultanan cirebon yang di teruskan oleh Pangeran Girilaya pada tahun 1650 sampai 1662 keberadaan wayang golek menjadi populer dimana mana. Wayang golek menggunakan boneka kayu yang dimainkan oleh dalang (pemain wayang) untuk menceritakan kisah-kisah epik atau mitologi Jawa. Wayang golek merupakan perkembangan dari wayang purwa. Yang menceritakan tentang Ramayana dan Mahabarata. Penggunaan Bahasa sunda dalam pementasan wayang golek semakin berkembang dan tidak bisa dilepaskan dari peran Wiranata Koesoemah yang mana beliau adalah bupati bandung ke-6 pada tahun ( 1846 -- 1874 ) yang sangat menyukai wayang golek. Pada tahun 1840 tercatat sebagai awal pembuatan wayang golek (Suryana Jajang 2002: 76). Mengambil cerita dari Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan has yaitu bahasa sunda dengan diiringi gamelan khas sunda, kendang dan gong serta dalang yang membawakan cerita menggunakan bahasa sunda. Serta Tokoh -- tokoh pandawa : Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa mereka adalah tokoh -- tokoh penegak keadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H