Lihat ke Halaman Asli

NABILAH PUTRI PATRICIA

Mahasiswa S1 Antropologi Universitas Airlangga

Pemberantasan Homophobia Melalui Pendekatan SOGIESC

Diperbarui: 10 Juni 2022   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika kita lihat pada situasi saat ini Indonesia dihebohkan dengan isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). pengertian dari LGBT itu sendiri adalah homoseksual, yang dimana seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang berjenis kelamin sama sebagai mitra seksual. 

Perilaku LGBT dianggap suatu bentuk perilaku negatif karena perilaku tersebut dipandang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. sehingga LGBT masih sering mengalami penolakan di lingkungan masyarakat. terutama kepada masyarakat heterosexism yaitu masyarakat yang mendiskriminasi atau benci terhadap seseorang yang memiliki sikap homoseksual.

Sehingga mengakibatkan munculnya sebuah perasaan serta pikiran negatif yang dimiliki oleh kaum homoseksual ke dirinya sendiri karena identitasnya sebagai homoseksual dilakukan dalam penyangkalan diri, rendah diri sehingga pada akhirnya membuat mereka menyembunyikan identitasnya sebagai homoseksual. 

Masyarakat kerap menganggap bahwa kaum homoseksual adalah kaum yang menjijikkan, serta stigma buruk masyarakat dan prasangka negatif masyarakat terhadap kaum homoseksual pada akhirnya menimbulkan seseorang untuk enggan serta takut dan lebih untuk menjauhi kaum homoseksual tersebut, mereka juga kerap memiliki rasa kecemasan, keengganan dan ketidaknyamanan pada diri seseorang jika berhadapan atau berada di situasi sekitar lesbian, gay, biseksual, transeksual, karena orang tersebut memiliki pengalaman negatif sepanjang hidupnya, fenomena inilah yang biasa kita sebut dengan homophobia (Mariani, 2013). 

Permasalahan nya disini adalah dengan adanya fenomena homophobia mengakibatkan masih banyak masyarakat yang sering membully kaum homosexual tersebut. Jika kita lihat data UNESCO tahun 2012, bullying terhadap Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender (LGBT) menempati peringkat tertinggi nomor 2 setelah bullying berat badan (Oki Rahadianto Sutopo, 2019). 

Padahal jika kita lihat homophobia hanyalah sebagai ego maskulinitas yang dimana terdapat kata ego yang artinya egois dimana seseorang hanya mementingkan dirinya sendiri dengan berpandang satu hal. Keegoisan laki laki maskulinitas dikarenakan mereka tidak mau dipandang rendah dan tidak mau dianggap remeh hal hal diluar maskulinitas.

Homophobia juga sekedar sebagai status perlindungan identitas diri. maksud dari identitas diri berarti mempertahankan suatu gaya pribadi yang khas atau suatu gaya keindividualitasan diri. setiap orang harus mampu menjaga identitas dirinya sendiri, karena identitas dapat menentukan kehidupan seseorang sendiri. 

Ketika masyarakat mengetahui identitasnya merupakan seorang homo atau LGBT, maka orang tersebut harus siap menerima konsekuensinya, hal itu tentu saja dikarenakan penolakan masyarakat terhadap kelompok LGBT.Masyarakat dapat dengan mudah menemukan identitas untuk seorang laki –laki transgender atau waria, namun masyarakat akan sulit ketika membedakan identitas laki –laki homo dengan laki laki tidak homo. 

Transgender atau waria memperlihatkan dirinya sebagai seorang wanita dan juga merasa bahwa dirinya adalah wanita, dan karenanya transgender atau waria di identifikasi sebagai homoseksual karena pada umumnya seorang wanita ditakdirkan untuk seorang laki –laki. Namun berbeda dengan seorang homo atau gay yang hanya merasa ketertarikan atas seksualnya terhadap jenis kelamin yang sama, tidak dengan mengubah penampilannya sebagai seorang wanita, karena seorang homo juga menentukan dirinya sebagai seorang laki –laki atau seorang perempuan, walaupun pada akhirnya pasangannya tetap dengan jenis kelamin yang sama. 

Hal ini dimaksud dengan identitas seksual yang mengartikan bagaimana seseorang memandang dirinya sebagai laki –laki atau sebagai perempuan. Yang dimana Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai perkembangan jaman .Pengertian seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis.

Upaya agar tidak muncul lagi masyarakat heterosexism agar kaum homoseksual bisa lebih mengekspresikan dirinya agar tidak sembunyi dibalik kata maskulinitas dan sebagiannya,dan agar tidak dibully lagi oleh kalangan masyarakat adalah masyarakat harus diberi pemahaman tentang sogiesc. mengapa harus sogiesc? karena banyaknya diskriminasi,dan persekusi bahkan kekerasan yang menyerang pada seseorang yang memiliki orientasi seksual yang berbeda, konstruksi budaya juga mempengaruhi masyarakat memiliki pemikiran yang sempit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline