Lihat ke Halaman Asli

nabila hisanah

Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Optimalisasi Aquaculture sebagai Teknologi Alternatif Kembangkan SDA Kelautan

Diperbarui: 8 Desember 2024   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas lautan yang mencapai 3,25 juta kilometer kubik memiliki keunggulan tersendiri terkait Sumber Daya Alam (SDA) kelautannya. Sejalan dengan hal tersebut, potensi sumber daya ikan laut di Indonesia pun mencapai hingga 12,54 juta ton per tahun. Namun, hingga saat ini, banyaknya pihak berwenang yang hanya mementingkan dirinya dan perusahaan sehingga melakukan overfishing menjadi salah satu penyebabnya. Dilansir dari kompas.com, dampak overfishing ini mampu mengancam 90 persen stok perikanan di lautan indonesia. Dapat pula menyebabkan kerusakan habitat atau ekosistem laut yang berdampak pula pada masalah perekonomian pesisir. 

Tak hanya itu, kini produktivitas perikanan dengan memanfaatkan masyarakat pesisir masih sangatlah rendah. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya sumber daya manusia, sumber kelembagaan yang tidak baik, serta pengetahuan dan keterampilan nelayan yang belum memadai. Adanya permasalahan tersebut juga berdampak kepada tingkat konsumsi ikan dan perdagangan impor dan ekspor. 

Padahal jika ditinjau lebih lanjut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan jika kebutuhan ikan dan konsumsi dalam negeri terus meningkat sebesar 5,8 persen dari 47.34 kilogram per kapita tahun 2017 menjadi 50,69 kilogram per kapita di 2018. Tak hanya itu, kebutuhan ekspor ikan di Indonesia juga meningkat sebesar 4.86 miliar USD dengan volume 1.125,97 ribu ton atau setara dengan 97,20 persen dari target tahun 2018

Dengan urgensitas tersebut, maka budidaya ikan sangat diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan budidaya aquaculture. Aquaculture merupakan sebuah praktik budidaya organisme akuatik seperti ikan, kerang, udang, kepiting, dan lainnya di air tawar, payau, maupun laut dalam suatu sistem yang terkontrol untuk mendapatkan keuntungan dan berwawasan lingkungan. 

Tujuan lainnya adalah untuk mewujudkan budidaya ikan secara berkelanjutan sesuai dengan Rencana Pengelolaan Perikanan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (RPP-KKP) Republik Indonesia. Di mana proses pengelolaan perikanan mengacu pada pendekatan ekosistem untuk menyeimbangkan antara tujuan sosial ekonomi dengan pemanfaatan sumber daya ikan melalui pertimbangan ilmu pengetahuan dan ketidakpastian komponen biotik, abotik, dan interaksinya.  

Lebih lanjut, sistem aquaculture yang terkontrol ini menitikberatkan pada sistem produksi yang melibatkan peran pembudidaya terhadap input, proses, dan output produksi. Hal ini meliputi proses benih ikan yang disebar baik ditinjau dari jumlah, ukuran, kualitas, dan waktu. Adapun penggunaan pakan ikan, pengelolaan lingkungan, dan pengendalian penyakit akibat proses akuakultur tersebut. 

Dalam hal ini, Charles (2001) menyebutkan perwujudan konsep aquaculture perlu menanamkan 4 komponen utama, meliputi: 

  1. Keberlanjutan ekologi dengan memanfaatkan ketersediaan sumber daya, kualitas lingkungan, keanekaragaman ekosistem, dan rehabilitasi. 

  2. Keberlanjutan sosial-ekonomi dengan tetap menyediakan lapangan pekerjaan, tumbuhnya aktivitas perekonomian, dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi dalam jangka panjang.

  3. Keberlanjutan komunitas dengan mempertahankan nilai-nilai masyarakat secara keseluruhan dengan memeprtimbangkan komponen subsistem manusia di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline