Lihat ke Halaman Asli

Toxic Maskulinity Penyebab Kekerasan Rumah Tangga?

Diperbarui: 21 Oktober 2022   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinterest.com

TOXIC MASKULINITY, Apa Artinya sih?

Sesuatu tekanan budaya bagi kaum pria untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu.

Di era yang sudah sangat canggih dan modern ini ternyata masih banyak masyarakat  yang  masih menganggap suatu maskulinitas atau kejantanan seorang laki-laki aturan yang sempit dan keras. Yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kekerasan bahkan depresi.

Bukan secara biologis,laki-laki dan wanita bisa bersifat maskulin.

 Lelaki  yang menyerupai wanita :

  • Dalam berpenampilan, dalam kasus ini warna baju yang dipakai oleh pria itu tidak boleh warna pink. Karena warna pink bersifat feminin dan condong digunakan oleh wanita.
  • Dalam kepribadian, pernyataan ini menunjukan bahwa laki-laki itu harus kuat, tidak boleh nangis. Kalau tidak akan dianggap lemah
  • Membatasi diri, dengan segala pernyataan yang telah dilontarkan. Jalan pintas yang dapat dilakukan adalah membatasi diri.
  • Selalu dikaitkan dengan penyelewengan,menyalahi atauran,melanggar norma dan budaya yang dapat menyebkan hilangnya jati diri.

Penyebab terjadinya toxic maskulinity, diantaranya adalah standart sosial dan budaya yang sudah terbentuk di masyarakat hingga sulit untuk dirubah. Namun, dapat melakukan persona branding atau menjadi diri sendiri selagi tidak merugikan orang lain dan menggali kemampuan diri lebih luas lagi.

Fragile maskulinity, merupakan sifat seorang laki-laki terlalu memaksakan diri untuk memenuhi stereotip maskulin dan tidak ingin terlihat feminin di depan publik(maskulinitas yang rapuh).

Bahaya toxic maskulinity

Pria menganggap dirinya superior dan lebih baik dibandingkan perempuan. Hal ini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga serta pelecehan seksual ataupun pemerkosaan. Memposisikan pria memiliki kekuasaan penuh dan dapat berbuat banyak dan semaunya tanpa memikirkan akibat ke depan.

Melumrahkan kejadian yang di alami oleh laki-laki menjadi wajar. Ketika mendapatkan masalah dianggap dapat menyelesaikan masalah dengan mudah, padahal jika tidakpun tidak ada salahnya.

Sering kali memendam emosi yang malah dapat menyebabkan depresi. Banyak stigma menyatakan laki-laki tidak boleh nangis,harus kuat tidak boleh lemah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline