Lihat ke Halaman Asli

Ketika Mereka Memandang Parasku

Diperbarui: 12 Januari 2024   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada kalanya jika kehadiranya sangat dinanti, ada kalanya ketika kehadirannya begitu tak dianggap. Seorang gadis yang sedang mengadu pada Tuhannya. Dia merasa Tuhan menciptakan dirinya saat Tuhan sedang marah. Seorang gadis yang selalu merasa bahwa dunia ini tidak adil. Dunia ini terasa tidak menginginkan kehadiran dirinya. Bahkan gadis itu berpikir kenapa dia masih tetap hidup sampai saat ini. Mungkin sebagian orang berpikir kehidupan gadis ini biasa saja dan tidak terlalu berat dibanding kehidupan orang lain. Namun tidak bagi seorang gadis berumur 13 tahun itu, yang memiliki nama begitu indah. Dara Namanya, Dara adalah anak pertama dari ke empat bersaudara. Berasal dari keluarga sederhana, di sebuah rumah kecil didalam kampung. Ayahnya bekerja sebagai supir dan ibunya yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Dari Namanya "Dara" orang tuanya berdoa dan berharap agar kelak putrinya menjadi gadis yang cantik. Dia memang cantik tapi tak semua mata dan mulut mengatakan dia cantik.

 Dara yang saat ini sedang duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sekolah yang sangat luar biasa indah dan luas dengan dipenuhi fasilitas-fasilitas belajar yang hebat. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, tempat tertawa dan tempat menulis sebuah cerita untuk kemudian akan dikenang hinggah akhir masa, kini berubah menjadi tempat yang sangat membosankan, menyedihkan atau bahkan menakutkan bagi gadis remaja itu. Namun ini bukan tentang sekolahnya, ini tentang bagaimana murid-murid yang ada didalamnya bersikap. Ya mungkin tak semua murid sama tak berprilaku sama, hanya beberapa murid yang sungguh memiliki hati sangat tega kepada gadis itu.

Impian yang sebelumnya dara impikan, bisa bersekolah dan memiliki teman yang banyak, kini hilang diterpa ombak. Bagaikan petir yang datang dalam hitungan detik dan merubah segalanya. Impiannya kini hanya sebatas angan-angan saja yang tak akan mungkin ia gapai. Jika semua remaja akan memiliki kisah indah di bangku sekolah, berbeda dengan Dara. Hanya cerita menyakitkan yang Dara rasakan. Kini semua mata enggan menatapnya, semua mulut enggan berbicara denganya, bahkan sebuah bayangan saja tak sudi berdekatan dengan Dara. 

Seperti melihat hewan yang tercebur diselokan, seperti itulah tatapan teman-teman kelas Dara. Tak hanya sebuah tatapan dan sikap buruk yang Dara terima. Sebuah julukan-julukan buruk pun Dara terima. Dara mungkin tak tidak secantik teman-temannya, kulitnya juga tak putih dan mulus. Namun apakah karena hal itu justru membuat semua orang berhak untuk menghinanya. Bukankah dia juga ingin cantik? Ingin putih? Dan ingin setinggi model di majalah. Apakah karena itu membuat semua orang berhak menghinanya? Dimana letak kemanusiaan saat ini. Tak hanya itu, Dara juga memiliki julukan-julukan yang buruk dari teman-temannya. Padahal didalam hati kecil Dara, tak pernah terlintas untuk melakukan hal yang dapat melukai hati teman-temannya. Mungkin Sebagian orang berpikir itu hanya ejekan biasa, namun tidak bagi Dara. Yang setiap hari tak pernah ada seorang teman didalam kelas itu yang bertemu dan mengobrol dengannya.

Gadis remaja itu selalu duduk di samping cendela di bagian belakang. Dia memilih disana karena tak ingin mendengarkan ocehan teman-temannya lagi. Dia mengingkan ketenangan dan kebahagiaan yang mungkin hanya ia dapatkan sesaat atau bahkan tidak sama sekali. Hati mana yang tak terluka ketika semua orang didalam kelas itu tak ingin berkumpul dengannya. Sekuat apa hati itu bertahan tetap akan terasa sakit seperti ditusuk ribuan jarum. Ya, mungkin hal itu dianggap remeh oleh Sebagian orang. Namun siapa yang mengira jika semua itu akan mampu membuat orang kecewa dan bahkan merasa putus asa. 

Namun semua hinaan itu tak membuat Dara patah semangat. Dengan hinaan dan cacian teman-temannya itu membuat Dara semakin bersemangat untuk terus menujukkan bahwa dirinya hebat. Bahwa fisik bukanlah penghalang baginya, justru dengan cemooh teman-temannya menjadikan Dara mampu berdiri diatas kakinya sendiri. Dara tau jika dirinya harus mampu bertahan untuk orang-orang yang sangat menyayanginya. Keluarganya, ya Dara akan bertahan dan terus berjuang hanya untuk melihat senyuman yang menghiasi wajah keluarganya. Dara ingin sekali menjadi orang sukses di kehidupan nanti, agar keluarganya bisa bebas dari kehidupan saat ini. Kehidupan yang penuh kekurangan, kehidupan yang penuh tangisan, dan kehidupan yang penuh hinaan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, jika semua teman Dara semakin bertambah model gaya baju dan riasan wajah. Tidak bagi Dara, dia semakin belajar dengan giat agar mendapatkan peringkat kelas. Di saat semua teman-teman seumuran Dara sedang menikmati masa remaja dengan bersenang-senang kesan kemari dengan berbagai macam model. Hal itu gunakan Dara sebagai kesempatan untuk terus mengejar Pendidikan jauh lebih baik lagi. Yang Dara fokuskan hanya bagaimana caranya agar dia bisa bersekolah hinggah tingkat perguruan tinggi. Dia ingin mendapatkan gelar sarjan sebagai hadiah terindah untuk orangtuanya kelak. Dara yakin jika hasil tidak akan menghianati usaha. Walau usaha itu dibumbui dengan rasa sakit yang luar biasa. Tapi Dara juga yakin bahwa keberhasilannya kelak akan dibumbui dengan kebahagiaan. Hinggah akhirnya dia akan berhasil membuktikan bahwa paras bukanlah segalanya. Kerja keras dan kerja cerdaslah yang akan menjadi hal luar biasa ketika kita berhasil menggapainya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline