Cuaca mendung dan gerah yang menyelimuti Kota Solo tidak pernah meragukan tekad Zamroni, pria asal Imogiri berusia 99 tahun yang hadir di acara Muktamar Muhammadiyah. Pria yang juga dikenal dengan sapaan Mbah Zam itu duduk sambill mengenakan kursi rodanya. Sesekali ia berfoto dengan tokoh atau orang yang mengenalinya. Dengan menggunakan pakaian batik hijau dan sarung biru, raut antusias dari Mbah Zam tidak pernah sirna.
Di usianya yang sudah hampir satu abad itu, Zamroni sudah menjadi kader Muhammadiyah hingga sembilan periode kepemimpinan. Mulai dari K.H. Yunus Anis sampai Prof. Haedar Nashir. Tidak mengherankan apabila banyak warga yang kemudian menyoroti kehadirannya sebagai sosok yang luar biasa. Di usianya yang sudah sepuh, niat dan tekad untuk terus bergerak terjun dalam kegiatan organisasi Islam itu masih sangat kentara.
Keraguan Zamroni untuk hadir dalam arena Muktamar-48 ia kemukakan sejak dua hari sebelum keberangkatan. Dia bahkan mengaku tidak akan berangkat karena kondisi fisiknya yang sudah lemah.
"Aku nggak usah ikut saja. Takutnya malah merepotkan kalau aku datang kesana," ujar Zamroni yang dikutip dari media sosial Phisca Aditya Rosyady dan sudah dialihbahasakan.
Phisca yang juga merupakan cucu dari putra ketiga Mbah Zam itu membagikan pengalaman kakeknya untuk datang dalam acara tersebut. Tekad bulat yang Phisca pupuk dalam upaya memberangkatkan kakeknya bersama pergi ke Solo tidak pernah sirna. Meski Zamroni beberapa kali sudah menolaknya, ia bersikukuh untuk datang menjemput.
"Saya temui langsung Mbah Kakung dan saya utarakan jika saya ingin nderekke (mengantar) Simbah," ujar Phisca dalam akun Facebook-nya itu.
Perjuangan Zamroni untuk hadir dalam acara milad organisasi islam itu tidak lepas dari usaha cucunya yang bersikeras terus membantunya. Penolakan-penolakan yang dilontarkan kakeknya tidak menyebabkan Phisca mundur dan menyerah. Baginya, semangat Zamroni adalah suntikan energi bagi dirinya untuk semakin yakin memberangkatkan kakeknya dalam momen penting yang sangat dekat dengan dirinya.
Tepat pada Sabtu (20/11), Phisca menemui Zamroni dan menyampaikan niat untuk mengantarnya. Meski sempat beradu argumen karena merasa tidak enak, Zamroni akhirnya mengikuti kemauan cucunya. Apalagi ia diantar menggunakan kendaraan pribadi. Kemungkinan untuk merepotkan orang banyak jauh lebih kecil dibandingkan menggunakan bus yang sebelumnya sudah berangkat bersama 246 warga lainnya.
"Alhamdulillah saya pun lega dan senang bisa nderekke Mbah Kakung di usianya yang sudah senja," ujarnya.
Perasaan lega dan haru ia sampaikan begitu saja dalam laman media sosialnya. Zamroni, tokoh yang pengabdiannya tidak dapat diragukan lagi. Kesetiaan pada organisasi bentukan Kyai Ahmad Dahlan sudah bukan manis di mulut. Loyalitas yang dia berikan bahkan di usianya yang begitu senja tak lagi menjadi halangan. Panas terik dan peluh yang menetes tidak mengurangi kebijaksanaannya dalam menanggapi beberapa tokoh yang sesekali mengajak berbincang atau foto bersama.
Sebagian yang bertemu dengan sosok 'Mbah Kakung' juga tampak takjub. Terbatasnya langkah dalam menapak hingga sulitnya mengatur nafas di tengah ratusan masih belum sebanding dengan usaha Zamroni untuk hadir. Tak terkecuali Arba Riksawan. Lelaki paruh baya yang juga menjabat sebagai Sekretaris PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Bantul itu mengabadikan momen tersebut hingga mengunggahnya pada media sosial TikTok. Berharap menjadi sebuah motivasi bagi generasi muda saat ini.
"Menurutku, Kakek itu (Zamroni) nggak mau kalah sama anak muda atau orang lain. Semangatnya untuk mau berpanas-panasan dan berdesakan ini luar biasa banget," ujar Siti Nur Asmila, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Mila terus memperhatikan bagaimana gerak-gerik Zamroni yang selalu antusias dengan berbagai rangkaian acara yang dijalankan. Selama empat jam penuh penyelenggaraan acara dilakukan, Zamroni tidak mengatakan keluh kesah yang berarti. Mila justru malu jika dirinya sebagai sosok anak muda masih sering mengeluh padahal fisiknya jauh lebih kuat dan sehat.
"Walaupun duduk di kursi roda, beliau semangat sekali mengikuti acara. Nggak kelihatan Lelah padahal cuaca juga lagi terik," tambah Mila.
Tidak mudah untuk duduk terus-menerus dalam kursi roda selama hampir enam jam disertai dengan perjalanan pulang pergi Jogja-Solo. Di sela-sela kondisi kurang nyaman itu, Zamroni tetap menunjukkan kebahagiaannya dengan melakukan pose mengacungkan jempol ketika diambil gambarnya. Momen ini tentu menjadi kenangan yang tidak bisa dilupakan. Karena bukan hanya kegembiraan, ia bahkan bisa bernostalgia dengan suasana masa muda. Berbaur dengan mahasiswa, aktivis agama, dan tokoh penting dalam satu waktu.
Apresiasi terhadap perjuangan Zamroni juga sudah diberikan dengan penganugerahan title "Tokoh Lintas Zaman" di Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) 2022. Di sisi lain, Phisca berharap bahwa kakeknya dapat diberi kesempatan usia yang panjang untuk dapat menyemarakkan Muktamar pada tahun-tahun berikutnya. Semangat yang tidak memandang usia itu diharapkan bisa menjadi teladan untuk selalu berjuang.
"Insya Allah, kami pun siap mengantarkan Mbah Zam lagi di Muktamar selanjutnya. Aamiin," ujar Phisca di akhir ceritanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H