Halo, apa kabar semua? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya.
Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi terhadap semua manusia. Bahasa diajarkan pada manusia sejak usia dini. Tapi tahukah kalian? Bahwa menurut para ahli cara anak memperoleh bahasa itu ada berbagai macam yang disebut dengan teori pemerolehan bahasa. Dari judul yang di atas merupakan salah satu teori pemerolehan bahasa. Apa saja teori pemerolehan bahasa? Bagaimana perbedaan dan persamaan di antara teori tersebut? Simak pembahasannya di bawah ini!
Seperti yang dijelaskan di awal tadi, bahwa ada berbagai macam teori pemerolehan bahasa menurut para ahli. Merujuk pada buku Hakikat Bahasa dan Pemerolehan Bahasa, ada empat teori pemerolehan bahasa yaitu teori behavioristik, teori nativistik, teori kognitivistik, dan teori interaksionis.
- Teori Behavioristik
Teori behavioristik ini bersifat empiris, didasarkan pada data yang dapat diamati dalam hubungan antara rangsangan/stimulus (S) dengan reaksi/response (R). Menurut teori behavioristik, anak tidak memiliki potensi belajar dalam belajar bahasa. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa pembentukan hubungan asosiatif antara rangsangan dengan reaksi yang berulang-ulang akan membentuk sebuah kebiasaan. Pembentukan kebiasaan inilah yang disebut dengan pengondisian dan selalu disertai dengan ganjaran sebagai penguatan asosiasi antara rangsangan dengan reaksi.
Contoh dari teori behavioristik ini yaitu ketika anak mengucapkan kata tersepona. Orang tua atau siapapun yang mendengarnya pasti akan membetulkan karena kata yang diucapkan si anak kurang tepat. Lain halnya jika mengucapkan kata terpesona, si anak tidak dibetulkan lagi oleh orang tuanya karena kata yang diucapkannya sudah benar dan tepat. Situasi seperti ini dinamakan membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal yang penting bagi pemerolehan bahasa pertama pada anak.
Dari contoh di atas ini dapat disimpulkan bahwa anak menguasai suatu bahasa melalui meniru seseorang. Itu sebabnya anak merupakan peniru ulung. Selain itu, bahasa merupakan perilaku manusia yang kompleks di antara perilaku-perilaku yang lain serta perkembangan bahasa seseorang ditentukan oleh intensitas dan perilaku latihan yang disuguhkan.
Tokoh aliran teori behavioristik ialah B.F Skinner. Buku yang ditulis oleh Skinner yaitu Verbal Behavior (1957). Buku ini digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran teori behavioristik. Menurut aliran teori behavioristik, belajar bahasa merupakan faktor eksternal yang dikenakan kepada manusia.
- Teori Nativistik
Tokoh aliran dari teori nativistik adalah Chomsky. Chomsky berpendapat bahwa berbahasa merupakan faktor genetik dan potensi manusia sejak lahir. Menurut teori nativistik, lingkungan tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan bahasa bagi anak. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil jika anak dapat menguasai sebuah bahasa dalam waktu yang singkat melalui meniru seseorang.
Teori nativistik juga percaya bahwa setiap anak dibekali dengan sebuah alat untuk memperoleh sebuah bahasa yang dinamakan language acquisition device atau LAD. Anak akan memperoleh bahasa tergantung pada bahasa di masyarakat sekitar. Contohnya, ketika anak hidup di lingkungan yang mayoritas Tionghoa, maka bahasa Mandarin akan menjadi bahasa pertama anak. Anak yang diasingkan dari masyarakat akan tidak memperoleh bahasa. Dari teori nativistik ini dapat disimpulkan bahwa faktor internal merupakan faktor utama dalam pembelajaran bahasa pada seseorang.
- Teori Kognitivistik
Tokoh dari teori kognivistik yaitu Jean Piaget (1926). Ada sebuah pernyataan dari Jean Piaget yang berbunyi "Pikiran logis membawahi perkembangan linguistik dan nonlinguistik." Dalam teori kognitivistik dijelaskan bahwa bahasa bukanlah sebuah ciri alamiah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kognitif. Teori kognitivistik juga menggunakan penalaran dalam belajar bahasa.
Menurut teori kognitivistik, yang paling utama ialah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan keterampilan bahasa. Menurut teori ini juga, dari anak usia 0 sampai 18 tahun bahasa belum dianggap ada. Anak memahami sesuatu melalui pancaindera nya. Anak hanya mengenal benda secara langsung. Pada usia akhir 1 tahun, anak mulai mengerti bahwa benda mempunyai sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk mendeskripsikan benda yang tidak ada di depannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata yang diucapkan anak. Pada intinya, belajar bahasa menurut teori kognitivistik disebabkan oleh faktor internal.
- Teori Interaksionis