Lihat ke Halaman Asli

Nabilah

Mahasiswi Jurnalistik UIN Jakarta

Setelah Pemilu 2024

Diperbarui: 17 Februari 2024   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber tempo.co 

Ratusan massa berkumpul untuk menyerukan satu tuntutan yang sama. Cuacanya yang kian mendung kemudian diiringi oleh rintikan kecil air hujan, tak lama berselang payung hitam bertuliskan gugatan-gugatan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terbuka untuk melindungi diri dari serangan kecil air hujan. Namun perlu diketahui, cuaca mendung bukanlah penghalang bagi mereka yang masih menuntut keadilan untuk anggota keluarganya.

Sumarsih adalah salah satu orang yang terus menginisiasi acara kamisan ini terus berjalan. Dia adalah salah satu korban di mana anaknya mengalami penembekan dan berujung meninggal. 

Sudah sebanyak 805 aksi lamanya mereka berdiri di sebrang Istana Negara, menuntut gugatan yang sama di setiap hari kamis. Sore itu menyajikan bentuk perlawanan dengan menampilkan performance art centre yang terus menyerukan "Jangan diam, lawan!" dan juga suara peluit diiringi kartu merah dan kuning terhadap representasi penegakkan hak asasi manusia.

Unang Sunarno dari Kongres Aliansi Buruh Serikat Indonesia (KASBI) menyampaikan orasinya bagaimana penyelesaian kasus-kasus pelanggaran berat hak asasi manusia. 

"Ada banyak kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah berganti-ganti rezim, tapi kita lihat selama 17 tahun itu belum ada upaya dari pemerintah kita untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM itu," ucapnya ketika berorasi.

Dia juga menyinggung bagaimana Omnibus Law Cipta Kerja di sah kan dengan mengorbankan hak-hak kepentingan rakyat.

"Banyak dari kawan-kawan kita, mahasiswa yang terbunuh (meninggal) karena melakukan aksi-aksi perlawanan dari tahun 2019, 2020, 2021. Bahkan di sini kita juga mengadukan ke komnas HAM, beberapa kali kita mengadukan kepada komnas HAM, kepada DPR, kepada pemerintah bagaimana juga itu semua dapat diusut? Tapi semua kabur,"

Orasi terakhir ditutup oleh Gielbran, seorang mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) yang menyerukan dengan tegas bahwa aksi ini bukanlah event 5 tahunan. Sebagaimana yang beredar di masyarakat.

"Agenda kita tidak senajis pemilu kawan-kawan. Tahun yang mencekam akan dilewati dengan penuh perlawanan. Mulai hari ini kawan-kawan, musuh dari masa lalu telah lahir kembali. Menyeret era reformasi kembali ke 25 tahun yang lalu," ujarnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline