Lihat ke Halaman Asli

Masa Depan Bangsa di Tangan Kuota Internet

Diperbarui: 28 September 2016   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: gizbot.com

Adik saya remaja lelaki, yang lahir di tahun 2002. Masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas yang sudah jarang menonton TV. Kata mereka TV banyak menayangkan acara yang tidak berbobot. Sehingga mereka para kreator berlomba membuat sesuatu yang katanya mendidik di platform Youtube.

Di lain hari, tanpa sengaja saya scroll down, explore di akun Instagram dan melihat perempuan yang masih memakai pakaian putih abu memegang rokok sambil duduk di pangkuan seorang lelaki dengan setelan putih abu membalut tubuh anak yang sedang bertumbuh kembang tersebut.

Keadaan seperti ini, memang sudah lazim terjadi bahkan saat TV masih tidak berwarna seperti sekarang. Tetapi, dengan tidak adanya media pendukung dan besarnya rasa malu, membuat anak remaja zama dahulu lebih memilih untuk menyembunyikan apa yang mereka perbuat.

Berbeda dengan zaman milenium seperti ini, kreator berlomba-lomba menunjukkan karya mereka dan menjadikan ini sebagai kampanye pembenaran hal-hal yang harusnya tidak ditayangkan ke publik. Membuat remaja yang terombang-ambing di kegelapan dan mengidolakan kreator menjadi sadar. Kalau untuk menjadi keren mereka harus melakukan apa yang dilakukan oleh idola mereka.

Sayangnya, para kreator yang namanya dibesarkan oleh Youtube dan ‘kreativitas’ mereka, tidak bertanggung jawab dan lepas tangan atas apa yang terjadi di kalangan anak berusia tanggung di Indonesia. Mereka dengan enteng balik menyalahkan kelalaian orang tua yang tidak memperhatikan remaja mereka dengan seksama.

Padahal, sebelumnya mereka dengan bangga memproklamirkan bahwa tayangan di TV sudah tidak pantas ditonton karena para pejabat TV mulai menuhankan uang dan membuat pernyataan bahwa mereka adalah penyelamat.

Kenyataannya dari hal-hal yang mereka contohkan di Youtube, isinya hanya pembelaan atas kelakuan nakal para kreator youtube yang tidak bertanggung jawab. Memberi pelajaran sesat kepada remaja tanggung bahwa apa yang dijual oleh kreator youtube adalah hal wajar untuk dilakukan dan diumbar umbar menjadi tontonan orang banyak. Ini salah satu akibat dari mengkritik dan memberikan solusi yang tidak pada tempatnya.

Korban kreator youtube tak bertanggung jawab dengan bangga, menunjukan apa yang mereka sebut diri mereka sendiri, tanpa adanya pencitraan, idola mereka dianggap bukan orang yang munafik.

Adik-adik tercinta, kalian harus bisa membedakan yang mana pencitraan dan mana kelakuan munafik. Percayalah, setelah mengeyam kerasnya dunia kerja kalian akan sadar bahwa pencitraan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dan sesungguhnya menjadi diri sendiri itu tidaklah semenyenangkan apa yang digembor gambir para idola kalian.

Kalian semua pasti tau, kalau masa depan Indonesia berada di tangan anak bangsa, tapi apa jadinya kalau anak bangsa masa depannya ditentukan atas apa yang mereka lihat dan telan mentah mentah tanpa disaring. Sungguh, ini bukanlah suatu hal yang patut dipertahankan dan dibanggakan.

Slogan “youtube-youtube lebih dari TV” merupakan slogan yang memang benar adanya apabila membandingkan tontonan youtube di channel scientist dengan sinetron Tukang Haji Naik Bubur. Tetapi apabila National Geographic yang tayang di TV dibandingkan dengan lagu-lagu hasil kreator youtuber Indonesia yang tidak bertanggung jawab, tentu saja TV jauh lebih baik dari Youtube.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline