Lihat ke Halaman Asli

UN? Gimana kalo Ditiadakan Saja

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

jadi ...sebut saja saya beruntung karena telah melewati UN tahun lalu. tapi, memang sih satu hal yang menggajal hingga sekarang. kenapa sih harus ada UN? Gimana kalo UN ditiadakan saja? Kalo pake logika anak SMA ya, kita belajar 3 tahun di SMA, sebelumnya 3 tahun di SMP, dan sebelumnya 6 tahun di SD dan semua itu harus ditentukan dari hasil jawaban selama UN yang hanya beberapa mata pelajaran, rela nggak sih? kalo saya jujur, nggak rela.

sepanjang pengetahuan saya, siswa kelas 12 / 3 SMA itu ada Ujian Sekolah (US), Ujian Praktik (UP) dan Ujian Nasional (UN) dengan presentase 40% nilai US dan 60% nilai UN sebagai komponen penyusun nilai akhir (di ijazah SMA saya), nggak kebayang kan ribetnya.  Belom lagi akhir-akhir ini dunia per-UN-an sedang diujung tanduk.

Hal ini membuat saya terus berfikir, *kembali ke pertanyaan awal* KENAPA HARUS ADA UJIAN NASIONAL, PAK MENTERI? ; padahal kalo di renungi kembali hasil UN itu TIDAK dijadikan sebagai TOLAK UKUR seseorang BISA LOLOS SELEKSI PERGURUAN TINGGI atau TIDAK kan? Nah, kalo sekarang saya boleh ngomong nih, kenapa enggak kurikulum pendidikan di Indonesia tercinta ini kembali di-revisi, sasarannya : 1. HAPUSKAN UN ; 2. target pembelajaran adalam membuat siswa LOLOS SELEKSI PERGURUAN TINGGI

Secara, kalo dikalkulasikan, anggaran untuk UN yang bejibun itu bisa dipangkas dan di efisienkan bila digunakan untuk menyusun kurikulum baru yang menargetkan siswa lulusan SMA mampu untuk LOLOS dalam SELEKSI PERGURUAN TINGGI bukan HANYA SEKEDAR LULUS SMA saja.

Yah, sekedar memberi opini saja sih, maaf kalo masih acakadut, toh tujuannya kan menyuarakan aspirasi teman seperjuangan dan senasib. Hehe, sebetulnya ironis loh, anggaran pendidikan tinggi, jumlah institusi pendidikan banyak, tapi ...penyelewengan dana anggaran juga gak kalah tinggi *ups*, efisiensi kurikulum hmm kurang efisien, ya nggak sih? -@nabilafkar, smg, 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline