Universitas merupakan tahap terakhir dari pendidikan kebanyakan orang. Secara tidak langsung, mahasiswa, dipersiapkan untuk menghadapi dunia yang sebenarnya. Hal ini tak terlepas dari dunia politik. Mahasiswa dapat memelajari setidaknya sedikit dari dunia politik.
Organisasi merupakan wadah bagi mahasiswa untuk memelajari politik. Setiap universitas, baik fakultas dan program studi memiliki himpunan atau organisasinya. Selain itu, terdapat pula organisasi minat bakat yang dapat disesuaikan dengan masing-masing mahasiswa. Sehingga, secara tidak langsung, mahasiswa yang mengikuti organisasi turut berperan dalam kehidupan politik kampus.
Relasi dan Idealisme
Tak terkecuali bagi Gabe Maulana. Mahasiswa S1 Ilmu Politik 2020 ini memang sudah aktif berorganisasi semasa sekolah dulu. Ia tertarik akan politik dan menganggap bahwa ia akan mendapat pembelajaran politik yang lebih banyak jika ia aktif berorganisasi. "Akan menjadi hal yang sia-sia kalau tidak dimanfaatkan (ikut organisasi)" ucap Gabe.
Melalui wawancara, Gabe menceritakan suka dukanya dalam mengikuti kegiatan organisasi juga kegiatan politik di kampus. Perjalanan Gabe hingga menjadi Koordinator Bidang Ekonomi Kreatif & Kemitraan Bisnis membuat Gabe menemukan banyak teman baru yang membuka banyak perspektif bagi Gabe. Meskipun tidak dapat dipungkiri juga bahwa Gabe kehilangan beberapa temannya karena ada perbedaan pandangan atau idealisme. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman yang Gabe dapatkan selama berkuliah dan mengikuti kegiatan organisasi serta politik di kampus berhasil memberikan gambaran tentang simulasi politik yang sebenarnya.
Eksperimen hingga Intimidasi
Berbeda dengan Gabe, awal mula ketertarikan Bilal Soekarno, mahasiswa S1 Ilmu Politik 2019 untuk mengikuti kegiatan politik adalah karena dorongan dari gurunya semasa sekolah. Lambat laun, Bilal menyadari bahwa politik merupakan sebuah hal yang substansial dalam hampir seluruh aspek kehidupan. Mulai dari memilih Ilmu Politik sebagai program studi perkuliahan yang ditempuh, hingga mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa UPN "Veteran" Jakarta. Selain menjadi staff Kajian Strategis, ia juga menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UPN "Veteran" Jakarta pada satu periode setelahnya.
"Belajar politik adalah belajar bagaimana caranya memelajari dunia" ujar Bilal dalam wawancara. Melalui badan eksekutif mahasiswa, Bilal berpendapat bahwa organisasi tingkat universitas juga dapat memengaruhi politik negara. Bagi Bilal, mengikuti badan eksekutif mahasiswa seperti bereksperimen di laboratorium yang mana, ide serta aspirasi kita dapat dieksekusi. Meskipun tak dapat dipungkiri juga, adanya tekanan politik yang intimidatif dapat membahayakan nyawa.
Partisipasi politik dalam kehidupan kampus baiknya diikuti oleh seluruh mahasiswa. Dalam pemilihan ketua dan wakil badan eksekutif, juga badan legislatif, mahasiswa diberikan hak untuk memilih. Setiap pergantian masa jabatan, terdapat acara Pemilihan Raya atau Pemira. Setiap satu tahun, terdapat dua pemira, yakni tingkat universitas juga fakultas yang dilaksanakan berdekatan. Mahasiswa dipersilakan untuk memilih satu calon melalui akun mereka dalam web pemira.
Tidak hanya mahasiswa yang berorganisasi saja yang aktif dalam kehidupan politik di kampus, mahasiswa lainnya yang memiliki hak suara pada saat pemira juga secara tidak langsung juga turut berpartisipasi setiap pemira. Mahasiswa juga dapat menilai calon yang akan mereka pilih melalui gagasan-gagasan yang dapat dilihat dari visi, misi, serta tujuan para calon tersebut. Secara tidak langsung, meskipun tidak sampai satu persen, partisipasi mahasiswa tetap berpengaruh bagi kehidupan politik kampus. Mahasiswa harus menyadari bahwa suara mereka harus digunakan dan jangan sampai golput (golongan putih).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H