Lihat ke Halaman Asli

Nabila Caramia

Mahasiswa semester 6 program studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Mobilisasi Tanpa Transportasi; Ketersediaan Fasilitas Umum yang Tidak Mumpuni

Diperbarui: 21 Juni 2023   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Sehat. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Emisi karbon yang disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan pribadi kian memprihatinkan. Bahan bakar fosil, penghasil energi bagi mesin transportasi menjadi salah satu penyumbang terbesar dari terkikisnya lapisan bumi dan menimbulkan perubahan cuaca. Perubahan lainnya yang terjadi adalah menaiknya suhu bumi dan menyebabkan mencairnya es di kedua kutub, baik Kutub Utara maupun Kutub Selatan. Secara tidak langsung, bencana alam pun memiliki kemungkinan untuk terjadi lebih parah dibandingkan yang sebelumnya.

Pentingnya partisipasi dalam melindungi lingkungan, terlepas dari ukuran dampak atau manfaatnya. Sebagai warga negara dan masyarakat, kita dapat melakukan kontribusi untuk mengurangi dampak emisi karbon agar tidak semakin parah. Kita harus mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi sebisa mungkin. Namun, bagaimana caranya?

Berjalan kaki dapat membantu kita untuk berkontribusi dalam menjaga bumi serta ekosistem yang ada di dalamnya. Meskipun terdapat banyak opsi untuk mengurangi jumlah polusi dan penggunaan bahan bakar fossil secara masif, berjalan kaki adalah opsi terbaik untuk mengurangi bahkan menghentikan pencemaran yang ada di bumi. Dengan berjalan kaki, kita dapat melakukan mobilisasi tanpa mengeluarkan polusi sama sekali dan juga tidak membutuhkan bahan bakar fosil yang mana pada saat ini, jumlah bahan bakar fosil semakin langka. Manfaat lainnya adalah pejalan kaki hanya menjadi salah satu faktor terkecil penyebab kemacetan sehingga jika jumlah pejalan kaki lebih banyak, maka akan lebih sedikit pula jumlah kemacetan yang akan terjadi.

Masyarakat di negara maju, seperti Jepang, sudah terbiasa untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Berjalan kaki dianggap sebagai opsi bepergian yang efisien sebab mereka tidak perlu memarkirkan kendaraannya atau harus mengikuti jadwal untuk menaiki transportasi. Mereka juga cenderung lebih bebas dalam memilih destinasi atau tujuan tanpa harus terburu-buru karena ditunggu oleh penumpang lain. Berjalan kaki juga dapat memberi manfaat tambahan untuk mereka karena ketika mereka memiliki teman dengan jalan yang searah, mereka akan melakukan jumlah interaksi secara langsung yang lebih banyak dibandingkan dengan biasanya.

Akan tetapi, terdapat salah satu alasan yang membuat masyarakat enggan untuk berjalan kaki, terutama di negara berkembang. Fasilitas untuk pejalan kaki yang kurang memadai seringkali menghambat masyarakat. Seringkali, tidak terdapat pembatas jalan yang cukup memadai sehingga terkadang pengguna kendaraan roda dua yang tidak menaati peraturan mengambil alih laju pejalan kaki tersebut dan membuat pejalan kaki mengalah. Adanya kendaraan yang seharusnya tidak melintas pada trotoar menyebabkan kerusakan yang membuat pejalan kaki merasa kurang nyaman dari yang seharusnya.

Fasilitas yang diberikan untuk pejalan kaki juga merugikan masyarakat yang menyandang disabilitas. Untuk tunanetra, mereka harus memiliki markah jalan khusus yang pada realitanya, markah jalan tersebut tidak dipasang sebagaimana mestinya, misalnya dengan markah yang semakin condong ke arah jalan raya dan dapat membahayakan mereka. Hal yang sama juga terjadi untuk pengguna kursi roda yang mana mereka harus melewati jalan yang sesuai dengan lebar kursi roda mereka. Pemasangan besi penghalang yang bertujuan untuk menghentikan pengguna kendaraan roda dua di trotoar justru juga menghentikan pengguna kursi roda dalam berpindah tempat.

Selain itu, isu keamanan juga menjadi salah satu permasalahan yang berhubungan dengan angka pejalan kaki. Terdapat beberapa kasus kriminal yang menimpa pejalan kaki, seperti penjambretan yang tidak jarang juga menelan korban jiwa. Pelaku kriminal tersebut umumnya menyasar pejalan kaki yang condong ke arah jalan raya yang mana pelaku kriminal menggunakan kendaraan roda dua sehingga ketika mereka melakukan aksinya, mereka dapat melarikan diri secepat mungkin. Sayangnya, kasus kriminal ini juga kurang dapat terselesaikan dengan fasilitas umum yang ada, seperti CCTV yang dapat menjadi bukti untuk penguat kasus kriminal.

Untuk menaikkan angka pengguna transportasi hijau, terutama pejalan kaki, perlu adanya kesadaran baik dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu memerhatikan fasilitas umum yang menunjang sehingga dapat menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi yang berhubungan dengan kebutuhan bahan bakar fosil. Masyarakat juga perlu menyadari akan dampak yang nantinya ditimbulkan jika mereka tidak ikut andil dalam penggunaan transportasi hijau. Kesadaran dari masyarakat dan pemerintah dapat mengurangi dampak perubahan iklim yang terjadi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline